Jakarta -
Virus corona terus meluas wabahnya di Indonesia, hampir sebulan dilanda wabah sudah ada lebih dari 1.500 catatan kasus positif corona. Namun, bukan cuma menyerang kesehatan masyarakat, virus ini juga menyerang perekonomian.
Tak heran, pengusaha pun mulai teriak kesulitan di tengah wabah yang makin meluas. Mulai dari masalah kesulitan keuangan karena seret pendapatan, kesulitan bahan baku, bahkan sampai sulitnya membayar THR disuarakan pengusaha.
Selain kesulitan, pengusaha juga meminta sederet insentif kepada pemerintah untuk tetap bertahan. Di samping itu pengusaha juga mencoba mengulurkan bantuan sosial di tengah wabah pandemi corona di Indonesia.
detikcom pun mengulik kondisi dan jurus para pengusaha yang bertahan hidup di tengah wabah. Simak wawancara lengkap bersama Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani di bawah ini.
Bagaimana gambaran kondisi pengusaha kita setelah sebulan dilanda pandemi di tanah air, lalu sektor apa yang paling terdampak?
Kondisi pengusaha sekarang tidak mudah, berat. Terutama di industri yang sangat terdampak langsung bahkan dari awal, kayak pariwisata, restoran, kalau kita kemana-mana kan sekarang sepi. Transportasi juga penerbangan, airline, kita lihat penerbangan saja sudah berapa aja di dunia yang shut down nggak melayani penerbangan ya.
Belum lagi industri manufaktur, teman-teman manufaktur menurunkan kapasitas produksinya. Belum lagi pasokan untuk bahan baku itu juga mulai terkendala, karena kan kita banyak mengambil dari China kan impornya. Meski sekarang sudah mulai jalan lagi.
Tapi ya elektronik, bahan baku tekstil dan lain-lain itu kebanyakan diambil dari China. Lalu, untuk mencari penggantinya itu nggak gampang gitu. Pertama mungkin speknya nggak cocok, ditambah lagi negara lain membutuhkan hal yang sama. Jadi perebutan juga, ini hal yang sangat tidak mudah kondisinya.
Kalau ditanya industri apa saja, saya katakan semua industri udah kena dampak semuanya ya. Ini perlu ada sesuatu kebijakan, baik yang bersifat fiskal maupun moneter, kebijakan riil, dan penguatan UMKM dalam rangka menghadapi coronavirus yang kita nggak tahu nih sampai kapan ada di Indonesia ini. Sehingga mesti ada kebijakan yang komprehensif.
Pemerintah kan sudah sampaikan relaksasi tapi baru sampai ke UMKM dan pengusaha kecil, apakah kalangan usaha menengah atas butuh juga?
Semua butuh sekarang, semua butuh. Karena, kita ini sekarang moodnya untuk bertahan lah, bertahan dulu, yang paling penting apa? Adalah jaga likuiditas, jaga cash, kalau nggak ada likuiditas ya company ya udah nggak bisa apa-apa juga. Bisa terjadi PHK juga, dan itu sangat kita hindari ya.
Oleh sebab itu pemerintah juga sudah mengeluarkan beberapa kebijakan itu juga termasuk masukan dari kami, dari Kadin. Saya terima kasih direspons cepat Bapak Presiden, dan juga oleh pemerintah. Tetapi ini perlu diperluas lagi, tidak hanya untuk manufaktur saja, kan sekarang sudah manufaktur atau pariwisata saja. Ini harus diperluas kebijakan ini ke semua industri baik yang terdampak langsung maupun tidak langsung karena semua pasti terdampak sekarang ya. Maka kita minta ini diperluas.
OJK kan juga sudah mengeluarkan kebijakan, sebetulnya itu bukan hanya UMKM lho. Saya perlu klarifikasi kebijakan OJK itu belum lama ini saya minta ke Pak Wimboh. Pak ini kapan keluarnya? Begitu keluar dia langsung kasihkan peraturannya ke saya dikasih lihat. Itu sebetulnya bukan hanya Rp 10 miliar atau treshold untuk UMKM saja. Itu juga untuk pengusaha menengah dan besar, jadi bukan hanya untuk UMKM saja jadi itu perlu diklarifikasi. Memang fokusnya ke UMKM tapi dampaknya bisa ke kita juga.
Kita sudah rilis juga ke Kadin, kita melakukan overscroll bersama dengan beberapa bank BUMN, Pak Wimboh dan jajarannya, serta asosiasi industri di kantor kami. Kita dapat keterangan langsung ini bisa berlaku untuk semua.
Poinnya mayoritas ke kredit dan suku bunga, khusus perusahaan menengah ke atas, selain itu, poinnya apa lagi?
Saya kira bisa dilihat ke cashflownya nanti, kalau sangat berat ya bisa saja penangguhan berbentuk bunga termasuk pokok iya, selama setahun. Bisa bunga saja pembayarannya. Jadi bisa dilihat cashflow dari masing-masing. Dan dalam masa restrukturisasi itu debiturnya tidak dianggap sebagai kredit macet. Karena penting juga buat perbankan, kalau itu misalnya jadi call macet perbankan harus siapkan cadangan. Sedangkan perbankan juga menghadapi masa yang tidak mudah saat ini.
Dunia perbankannya sendiri bagaimana, apakah siap?
Itu juga kan sudah terpikirkan, pemerintah sudah komunikasi juga dengan kita. Perbankan juga nanti di-inject pemerintah kurang lebih Rp 400 triliun, dalam bentuk recovery bond. Jadi pemerintah akan berikan recovery bond, yang akan dibeli oleh BI, BI punya cadangan kurang lebih US$ 130 miliar. BI sebenarnya tidak boleh membeli langsung itu ada undang-undangnya. Makanya sekarang dibikin Perppu-nya. Perppu-nya sudah disiapkan dan sudah ada. Lalu itu memang harus ada persetujuan dari DPR.
Perppu-nya sudah diminta, jadi nanti Rp 400 triliun ini pemerintah akan salurkan ke bank-bank. Lalu bank bisa berikan kepada dunia usaha dan pengusaha dengan syarat, bahwa yang menerima uang ini tidak boleh lakukan PHK lebih dari 10% dari pekerjanya. Ini juga sedang didiskusikan terus, kurang lebih seperti itu, jadi kita ikuti kok.
Ini dunia usaha, ini UMKM-nya, ini dunia usahanya, ini kenanya kemana ini ke siapa, oh perbankan. Perbankan penanggulangannya ke mana, oh recovery bond. Recovery bond mana, oh BI ada dananya. Daripada BI hanya SBN, kita kan sebagian besar SBN itu dimiliki asing, hampir 40%. Sedangkan negara Asean lain hanya 20%-an.
Dan mereka sempat tekanan ke mata uang besar kan. Karena SBN kita hampir 40% dibeli asing, BI ambil kan, sehingga tekanan ke rupiah begitu besar. Nah memang ini agak turun. Tapi itu kan BI harus membantu dari dalam juga. Itu yang lagi dibicarakan juga sehingga semuanya bisa ada satu kebijakan yang menyeluruh dan komprehensif gitu.
Untuk recovery bond ada syarat akan diterbitkan kapan, mengingat virus corona makin meradang?
Ini secepatnya, ini kan perubahan sangat cepat mungkin tiga minggu atau sebulan lalu mungkin corona belum ada di kita. Sekarang sudah lebih dari seribu, dan ini kemungkinan besar dengan adanya test kit masuk banyak berarti yang dites kan makin banyak. Sekarang aja kalau saya tidak salah, kurang lebih 6 ribu ya yang dites. Ini aja udah seribu berarti kalau test kit makin banyak otomatis kenaikannya akan lebih cepat gitu. Ini yang harus diantisipasi bersama, ini tugas kita semua lah.
Soal PHK, ini kan kondisinya darurat. Apakah PHK dilakukan langsung atau pegawai hanya dirumahkan saja?
Saya dapat laporan sekarang sih mereka PHK final sih nggak, itu kan mereka mesti bayar pesangon juga. Yang mereka lakukan, terutama perhotelan lah paling gampang. Itu mereka merumahkan, dan bayar gaji 50%. Ada yang berat cuma bayar 30% itu juga ada. Kalau PHK langsung itu nggak, karena mesti bayar pesangon. Jadi daripada mereka memberhentikan, ya mungkin mereka kurangi gajinya.
Lanjut ke halaman berikutnya ada pembahasan soal THR
Itu kan terkait THR juga, bulan puasa sebentar lagi. Di sisi lain masyarakat butuh, kondisi pengusaha juga lagi pahit-pahitnya, adakah usulan nggak kasih THR, ataupun pemberian hanya separuh?Kita sudah bicarakan, karena kan THR ini UU ya, wajib. Peraturan Menaker kalau kita telat pun kena denda gitu, ini memang ada teman-teman kita mungkin mau bayar full, terkendala karena terdampak langsung. Ada juga yang 50%. Ada juga yang tetap komit, tapi boleh nggak dicicil, jadi tidak semua. Ujungnya karena apa? Cashflow lah ini.
Nah kita lagi cari formulanya, ini juga kan buat jaga daya beli masyarakat juga kan. Ini masa nggak mudah. Ada juga pemikiran seperti di London, THR ditanggung pemerintah. Ada usulan begitu. Kan di luar negeri aja gaji ditanggung 80% juga ada. Jadi opsi itu ada, jadi pemerintah membantu para pekerja melalui dunia usaha. Salah satunya lewat perbankan, kita pinjam duit ke perbankan kita bayarkan THR tapi suku bunga recovery bond ini diminta rendah.
Usulan kami sih, kan kalau lewat bank mereka juga butuh marjin kita ngerti. 7 days repo mungkin 4,5%, mungkin bank tambah satu jadi 5,5%. Jadi ada itu yang dipikirkan, tapi memang recovery bond ini untuk mencegah PHK, jadi itu salah satu solusinya. Maka kita kejar agar ini segera berjalan.
Pertengahan Maret lalu Kadin ketemu Presiden, Kadin usulkan kebijakan lockdown, tapi sampai hari ini Presiden tidak mau ambil keputusan itu. Diskusi sama Presiden kemarin seperti apa?Sebetulnya kita nggak bicara lockdown secara spesifik. Tapi justru kita bicarakan bahwa ini akan panjang Pak Presiden. Kita minta beberapa suatu kebijakan insentif, alhamdullilah meeting-nya pagi, siang langsung dirapatkan di kementerian ekonomi dan terkait.
Sorenya saya dipanggil pak Menko bahas ini, akhirnya keluar lah kebijakan fiskal PPh 21, 22, 25, itu semua dari kita. UMKM, kita juga ada bahas pembayaran BPJS, tapi BPJS belum keluar ya, jadi sudah ada beberapa keluar. Kita saat itu mintanya memang langsung semua industri saat itu, tapi yang keluar kan baru manufaktur dan pariwisata serta turunannya. Kita minta dari awal untuk itu.
Berapa poin yang diminta pengusaha, dan apa saja yang sudah dipenuhi?Mungkin kurang lebih ada 70% lah, kan kalau dilihat ini kan makin lama makin besar, negara lain pun insentifnya makin besar. Karena tidak ada yang memperkirakan sebegitu dahsyat. Dulu mikir ini hanya sebentar, turun langsung naik lagi, V Curve. Ada yang bilang U Curve. Ini sekarang dibilang lagi L Curve, ini ada kurvanya. Mungkin ini lah ekuilibrium baru, sekarang banyak negara bicaranya pertumbuhannya minus, China aja diprediksi cuma 1%. India aja hanya nggak sampai 2%, gitu.
Berarti hanya Indonesia yang targetnya 5% ya?Yah kita jangan bicara 5% lah sekarang. Dengan kondisi saat ini, kan di Kadin ada tim juga kita ambil assesment. Ini nggak menutup kemungkinan bisa akan minus. Assesment kita melihat, ini bisa jadi minus pertumbuhan kita.
Foto: Citra Nur Hasanah / 20detik |
Kondisi ini kan 180-an negara yang terkena ya, kalau hadapi resesi global menurut Anda apa yang akan terjadi di Indonesia?
Kalau dulu krisis Asean bisa minta tolong ke negara lain. Sekarang semua terdampak, jadi memang kita harus hope for the best but prepare for the worse. Kita harapannya tentu recovery lebih cepat ekonomi kita jadi lebih baik, tapi kan kenyataannya ini takes time. Eventually, kita saya yakin malah kita bounce back dan tumbuh lagi gitu, tapi ya kita mesti preparing dulu. Oleh sebab itu, yang sudah dilakukan pemerintah realokasi anggaran itu saya rasa itu suatu hal yang memang harus dilakukan.
Dan sekarang nomer 1 apa, keselamatan dan kesehatan. Itu dulu lah. Kedua ya ekonomi juga harus berjalan. Nah ini realokasi anggaran, kan kita tahu anggaran yang besar-besar, bisa direalokasi. Kita tahu paling besar pendidikan, tapi ya pendidikan jangan direalokasi lah gitu ya. Kita tahu berikutnya infrastruktur, ada pertahanan dan keamanan. Itu mungkin dua yang bisa direalokasi. Karena sekarang skala prioritas adalah kesehatan dan keselamatan.
Beberapa waktu lalu Kadin ketemu BNPB dan PMI, ketika satu sisi mesti kencangkan ikat pinggang, tapi Anda dan teman-teman kumpulkan bantuan sosial. Namun, sekelas pengusaha dinilai masih kecil, apalagi kalau ditambah konglomerat, tanggapannya bagaimana?
Sebetulnya gini, saya sudah kumpulkan mereka yang besar-besar. Jadi kita ada kerja sama dengan satu Yayasan Bunda Suci kita target Rp 500 miliar. Per kemarin sudah ada Rp 360 miliar, ini dari grup besar kita kumpulkan.
Saya telponin, Alhamdulilah mereka respons. Maka kita dalam bentuk alat-alat kesehatan, belum lagi yang di luar itu, yang kita minta pada grup besar lainnya mereka mau nyumbang langsung boleh saya bilang. Kita semua ke PMI, ada sumbangan Rp 10 miliar dari kami, ke BNPB ada Rp 20 miliar. Itu target di luar Rp 500 miliar, kalau mau nyumbang langsung kita bilang silakan.
Nah ini yang kita lakukan, ini masa berat. Tapi kita tahu ini masa-masa yang kita bilang kalau dulu banyak menikmati dari pemerintah, dari rakyat Indonesia, ayo kita give back. Alhamdulilah respons positif. Malah banyak, kadang saya sampai terharu, mereka nelpon saya, Pak Rosan saya dari ini, saya nggak kenal, kadang Whatsapp saya, kita mau partisipasi pak saya tahu Kadin aktif melakukan ini. Ada yang telpon ke saya lagi, ada yang transfer Rp 20 juta ada yang Rp 100 juta. Setiap hari ada yang kontak ke saya, transfer ke saya, saya nggak kenal, ke account kemanusiaan Kadin.
Ini luar biasa lho saya bilang, ternyata terus aja nih. Maka saya imbau terus mari kita sama-sama, dan responsnya Alhamdulilah positif. Masyarakat kita dalam kondisi ini ternyata merasa melupakan egonya, rasa persatuan kesatuannya, gotong royong ini muncul. Kadang saya terharu ini banyak yang nggak saya kenal datang ke kita.
Ya udah masuk itu terus, kita beli alat, sumbangin. Ya kita prioritas ke APD dulu, karena ini kurang. Lalu kemarin ke test kit, ke masker. Masker aja minimum kita kasih 2 juta itu udah pasti ada. Test kit kita sudah salurkan sejuta, kita masih order lagi. Penyaluran memang kita ini lewat BNPB, PMI, lewat Kemenkes. Saya sampaikan juga supaya barang ini yang masuk ke sini di Bea Cukainya lancar.
Pak Heru juga di Bea Cukai responsnya bagus. Walaupun saya sampaikan juga ke Bu Ani ke pemerintah, jangan dikasihkan pajak juga barangnya dari pemerintah ke dunia usaha yang masukin barang buat kasih ke rumah sakit dan masyarakat. Jangan dikasihkan pajak juga. Jadi memang perlu kerja sama secara keseluruhan.
Mau sampai kapan penggalangan donasinya dilakukan?
Terus ini sampai corona ini berakhir, kita kumpulkan terus aja. Kita lihat we have to prepare for the worse kan, kita nggak bisa sampai tanggal 1 April atau kapan. Nggak bisa kayak begitu, terus aja gitu selama masih ada yang mau nyumbang dalam bentuk apapun dengan jumlah berapapun akan kita apresiasi.
Apakah alokasinya berbeda-beda ya, kalau sekarang APD apa lagi yang menyusul?
Iya kita lihat kan sekarang APD nih ya, kalau dulu tes ki, lalu APD mulai menjerit. Lalu ini ada lagi ventilator, ini pasti nanti bahan-bahan pokok juga. Jadi kita kerja sama dengan beberapa retailer untuk siapkan itu untuk antisipasi untuk partisipasi ke bahan pangan dan bahan pokok.
Apakah Anda dan teman-teman pengusaha memiliki perasaan khawatir keadaan di Indonesia akan memburuk, bahkan sampai chaos?
Saya menyampaikan ke pemerintah kita harus kaji semua opsi semua kejadian yang mungkin timbul harus ada pemikirannya, opsinya, antisipasinya semua harus ada dan tentunya orang bisa jadi chaos kalau apa sih? Kalau perut kosong. Kalau perut kosong nggak ada makanan ujungnya bisa terjadi itu, oleh sebab itu, harus dipastikan bahwa logistik makanan dan kebutuhan sehari-hari harus selalu ada. Dengan harga yang terjangkau.
Saya juga sampaikan ke pengusaha kalau ada yang ambil keuntungan nggak wajar di saat kayak gini saya sendiri yang akan laporkan kepada pihak berwajib. Ini kan ada aja kadang-kadang yang nakal-nakal. Misal bikin APD tapi harganya harus segini, saya bilang lu mendingan nggak usah bikin. Saya bilang ini bukan saatnya lah, kalau mau cari untung di saat begini keterlaluan begitu.
Kalau bisa kita harga cost aja, udah gitu aja. Kalau bisa berikan gratis ya berikan, kalau nggak kuat juga paling nggak ongkos produksinya aja lah supaya pegawai mereka bisa digaji.
Di media sosial ada pembicaraan semua usaha tiarap, tapi industri telekomunikasi pasti panen terlebih lagi dengan program belajar dan kerja dari rumah. Apa ada imbauan dari Kadin untuk pengusaha telekomunikasi kasih diskon?
Pemakaian kan melonjak tajam memang karena kerja dari rumah, anak kita aja belajar dari rumah e-learning. Menurut saya sih mestinya itu bukan cuma diberikan diskon. Mungkin kalau berhubungan dengan pendidikan mestinya bisa dibebasin ya gitu. Ini lah saatnya semua berkontribusi. Pasti ada juga memang nggak terdampak industrinya, bisa survive lah gitu ya.
Mereka mestinya bisa kasih diskon lah kalau perlu di jam tertentu dikasih diskon itu kan bisa seperti itu. Bisa diatur lah semua itu. Bisa dilakukan itu, menurut saya harus dilakukan lah.
Simak Video "Video Pemerintah Ajak Bill Gates Kolaborasi dengan Danantara"
[Gambas:Video 20detik]