Terungkap! Direktur BEI Beberkan Alasan di Balik Penutupan Kode Broker

Eksklusif Interview Bos BEI

Terungkap! Direktur BEI Beberkan Alasan di Balik Penutupan Kode Broker

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 15 Des 2021 07:20 WIB
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widito Widodo
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widito Widodo (Danang Sugianto/detikcom)
Jakarta -

Beberapa waktu yang lalu pasar modal Indonesia begitu riuh. Penyebabnya karena adanya kebijakan baru dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menutup data kode broker selama jam perdagangan berlangsung.

Banyak investor ritel yang menyayangkan keputusan itu diambil oleh 'wasit' pasar modal tersebut. Sebab, ternyata banyak dari investor ritel yang cenderung memanfaatkan data kode broker saat mengambil keputusan dalam jual-beli saham.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo pun buka-bukaan mengenai kebijakan penutupan kode broker tersebut. Dia menjelaskan mulai dari perilaku investor ritel Indonesia yang saat ini cenderung herding behavior atau hanya ikut-ikutan saja, hingga alasan dan tujuan utama BEI menerapkan kebijakan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut wawancara lengkap detikcom bersama Laksono tentang penutupan kode broker:

Kebijakan penutupan kode broker disambut hiruk pikuk oleh pelaku pasar, banyak juga suara miring dan penolakan dari pelaku pasar, bagaimana BEI menyikapinya?

ADVERTISEMENT

Kita sih berusaha untuk back to basic dalam hal ini kami juga melihat kebijakan yang sudah dilakukan di beberapa bursa, mungkin hampir semua bursa yang ada di dunia dan juga melihat dari pattern dari pengambilan keputusan bagi banyak investor ritel. Ini kan investor ritel sekarang semakin banyak ya.

Kami berpendapat bahwa sebaiknya kami juga menerapkan suatu metode di mana proses pengambilan keputusan berinvestasi itu didasarkan atas pengambilan keputusan yang lebih memiliki alasan yang baik itu, yang memiliki alasan fundamental. Dibandingkan dengan hanya melihat apa yang dilakukan atau dibeli dan dijual beberapa broker-broker tentu.

Ini tujuannya sebenarnya ada beberapa hal yang pertama adalah untuk menjaga agar proteksi terhadap para investor sendiri, terutama investor-investor yang baru, yang kecenderungannya karena sudah terbiasa dengan mungkin proses yang selama ini terjadi ya membeli atau menjual hanya berdasarkan melihat kode broker.Kemudian juga alasan-alasannya yang lain adalah untuk menjaga pasar lebih efisien. Karena harapannya dengan adanya penutupan kode broker ini proses pengambilan keputusan ini dapat berjalan dengan lebih baik dan tentunya akan menghasilkan harga atau istilahnya spread harga yang lebih baik.

Ketiga adalah walaupun kode broker ini sudah ditutup, namun data-data mengenai apa dan siapa yang dilakukan oleh semua broker di pasar modal kita ini dapat diberikan di akhir hari, yaitu dengan anggota bursa atau broker itu mengakses atau mengunduh informasi yang ada dari kami. Kemudian informasi itu lengkap dan terserah kepada broker masing-masing, atau investor masing-masing ini bagaimana mau memproses atau mau menganalisa data-data perdagangan hari tersebut.

Jadi kami juga tetap menjaga bahwa proses transparansi ini tetap terjadi. Walaupun kode broker tidak kami berikan pada saat terjadinya perdagangan saat jam perdagangan.

Memang seberapa parah kebiasaan ini terjadi di pasar modal Indonesia hingga akhirnya BEI memutuskan menutup kode broker?

Jadi sebenarnya herding behavior itu bukan hal yang baru dan bukan hal yang yang unusual juga. Kalau kita lihat waktu di awal-awal pandemi itu sektor-sektor yang berhubungan dengan kesehatan, dengan farmasitikal, rumah sakit itu mengalami peningkatan yang luar biasa. Ini kan juga sebenarnya herding behavior, karena orang berpikir secara logika bahwa 'Oh kalau misalnya terjadi pandemi tentunya banyak industri yang mengalami penurunan, tapi juga ada industri yang sangat tertolong, karena memang itu hal-hal yang dibutuhkan'.

Demikian juga dengan trend waktu itu sempat terjadi kenaikan harga dari saham-saham yang sifatnya internet of things yang berhubungan dengan e-commerce, itu juga merupakan herding behavior. Tapi ini herding behavior yang menurut kami didasari oleh suatu aspek fundamental.

Kalau kalau herding behavior yang hanya melihat broker a atau b ini menjual atau membeli apa Saya rasa itu suatu herding behavior yang perlu diperbaiki ke depannya. Apakah ini menjadi suatu hal yang parah, saya rasa nggak, tapi inilah bagian dari kami untuk bisa memperbaiki governance ke depannya, baik secara umum maupun terutama untuk para investor ritel.

Kita lihat sendiri ya selama penerapan ini dilakukan pada minggu lalu, tidak ada penurunan dari baik dari segi value transaction, frekuensi maupun jumlah lot atau jumlah lembar saham yang ditransaksikan. Bahkan ada kecenderungan sedikit naik malah dibandingkan dengan rata-rata yang sudah tercipta selama awal tahun sampai dengan awal Desember.

Jadi kalau ditanya apakah ini suatu apa yang masalah yang berat, saya rasa enggak juga, karena investor kita pun, investor ritel pun juga sebagian besar adalah investor yang rasional. Karena kita bisa lihat bahwa memang tidak terjadi penurunan yang signifikan, artinya memang ada pihak-pihak yang tidak setuju, tapi pihak yang memahami dan menyetujui hal ini juga cukup banyak.

Lihat juga video 'Soal Endorse Saham, Komisaris BEI: Kewajiban Moral Influencer':

[Gambas:Video 20detik]



Lanjut halaman berikutnya.

Berarti bisa dibilang ini obat untuk menyehatkan kembali pasar modal?

Ya sebenarnya bukan menyehatkan kembali ya, tapi lebih kepada apa suatu keputusan atau decision untuk membuat pasar modal di Indonesia menjadi lebih sesuai dengan best practice yang ada dan lebih memberikan perlindungan secara long-run kepada para investor. Karena behaviornya kita coba ubah sehingga mereka bisa melakukan proses pemilihan saham secara lebih rasional.

Ini berarti kan pesan dari BEI tidak sampai, karena sebenarnya tujuannya untuk melindungi investor. Lalu apa penjelasan BEI bahwa kebijakan ini baik untuk investor juga?

Jadi kita sudah banyak sekali melakukan upaya sosialisasi, edukasi, bahkan sudah hampir setahun ya kami melakukan ini semua. Awal-awal memang terjadi penolakan yang cukup keras, tapi kami juga menjelaskan rasional di balik ini semua. Kami ingin bahwa investor di Indonesia ini, terutama investor baru itu melakukan investasi berdasarkan hasil hasil analisa yang lebih baik ya, daripada sekadar ikut-ikutan. Dan juga menyatakan bahwa ya memang best practice-nya begitu di market-market lain yang memang terbukti sudah lebih lama ya dibandingkan dengan Bursa Efek Indonesia.

Apakah dengan kebijakan ini harga-harga saham di pasar modal akan lebih wajar?

Iya harapannya begitu. Harapannya ini bisa ada potensi untuk meningkatkan likuiditas dan harga-harga bisa lebih tight lagi. Kemudian ini bisa mencegah aktivitas panic selling, apabila misalnya melihat 'waduh investor asing menjual nih, berarti kita juga harus ikut-ikutan jual' selama ini ada juga mengacu ke sana. Saat ini informasi mengenai asing maupun lokal ini masih ada, dan nanti 6 bulan depan, yaitu estimasi kita di bulan Juli ini juga akan dihapus. Jadi harapan kami aktivitas yang sifatnya tergesa-gesa karena panik itu bisa diminimalkan.

Kemudian kita berbicara herding behavior, ya panik itu juga bagian dari herding behavior, yang ikut-ikutan. kemudian yang terakhir terutama adalah meningkatkan encouragement bagi para investor untuk melakukan analisa yang lebih baik dalam melakukan proses investasi, baik membeli maupun menjual.

Tadi dibilang bahwa ini sudah disosialisasikan selama 1 tahun ke belakang dan ada sebagian penolakan, memang apa alasan penolakannya?

Saya di industri sejak awal 90-an ya, ya tahunya kalau mau trading itu kode broker itu ada dan ini juga digunakan oleh beberapa investor untuk membuat analisa, kalau broker A beli ini kita juga bisa ikut-ikutan, kalau si B jual ini kita juga bisa ikut-ikut jual. Nah ini tiba-tiba nggak ada, tentunya ini menimbulkan kegamangan bagi mereka yang sudah terbiasa. Seperti dulu kan pernah naik motor tiba-tiba suruh pakai helm gitu ya. Nah itu kan buat yang pertama-tama pakai helm kan nggak enak ya, rasa sempit, pengap, panas suaranya nggak kedengeran, tapi kan demi kebaikan bersama. Kurang lebih seperti itu.

Berarti ada kekhawatiran bagi investor yang sudah terbiasa seperti itu tiba-tiba dihapuskan, apa jaminan bursa untuk mereka agar mereka bisa lebih tenang?

Ya kita memang tidak bisa memberikan jaminan ya, tapi yang kita berikan adalah bahwa satu, informasi mengenai apa dan siapa yang dibeli oleh broker mana itu tetap dapat diakses di akhir hari perdagangan. Silakan kalau membuat analisa berdasarkan informasi tersebut untuk mungkin dipraktekan besoknta. Jadi cukup waktu, market tutup jam 3 dan nanti mungkin kembali jam 4 lagi tahun depan, ya itu cukup waktu untuk melakukan strategi perdagangan di kemudian hari.

Kedua, ya kami mendorong mereka untuk ya gunakanlah analisa-analisa yang lain, apakah itu analisa teknikal atau analisa fundamental yang memang sudah digunakan juga oleh para investor lain, di bursa-bursa lainnya dan juga sudah banyak dipraktikkan oleh para investor di Indonesia baik ritel maupun institusi.

Jadi ini sekali lagi saya melihat bahwa tidak terjadinya penurunan setelah kita melakukan penutupan kode broker ini juga menyatakan bahwa ya sebenarnya sudah banyak secara umum mereka ini sudah melakukan transaksi tanpa melihat kode broker. Memang kadang sudah negatif itu dibesarkannya lebih mudah, kadang bad news sales more easier than good news.


Hide Ads