Bos Bandara Bali Utara Blak-blakan soal 'Amukan' Megawati hingga Progres Proyek

Wawancara khusus

Bos Bandara Bali Utara Blak-blakan soal 'Amukan' Megawati hingga Progres Proyek

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 18 Jan 2023 21:07 WIB
Direktur Utama Bandara Bali Utara, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo
Direktur utama PT Bandara Internasional Bali Utara Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo/Foto: (Herdi Alif Al Hikam/detikcom)

Apa urgensinya apa sehingga Bandara Bali Utara ini diusulkan untuk dibangun?
Kalau bicara asal usulnya, ini dulunya diinisiasi Perdana Menteri Kanada. Pada tahun 2012 ada pertemuan internasional di Bali, semua kepala negara datang lah itu dengan pesawatnya masing-masing. Ngurah Rai itu penuh sekali saat itu. Nah 2012 itu PM Kanada kaget, karena dia turun pesawat, pesawat dia pergi lagi. Ditanya ke mana? Parkir pesawatnya ke Surabaya. Di sini nggak ada lagi tempat. Beliau ngomong lah dengan stafnya di Kedubes Kanada untuk Indonesia, usulkan lah bangun bandara baru di Bali. Karena ini kan pulau sering dipakai untuk pertemuan internasional. Ini baru antar penerbangan VIP, belum jadwal reguler yang jadi rusak karena VIP datang.

Kemudian, beberapa kali Gunung Agung ini meletus, bandara pasti tutup kalau angin abunya ke selatan. Wisatawan akhirnya kacau juga bandara tutup kan. Yang di Bali nggak bisa pulang, yang mau ke Bali nggak bisa masuk. Lalu, hitung-hitungan kami di 2026 itu Bandara Ngurah Rai Bali sudah peak, akan sangat sulit bahkan nggak bisa dikembangkan lagi. Mau tambah ramai? Nggak bisa secara teknis. Sekarang aja keluar tempat parkir sudah stuck, sana sini macet. G20 aja pas padatnya bisa lima jam itu Ngurah Rai ke Nusa Dua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat masalah-masalah ini maka kita ajukan studi untuk buat bandara baru di utara. Ketika ada bencana alam nggak akan masalah karena kalau angin ke selatan bisa landing di utara, angin ke utara ya sebaliknya. Lalu kalau ada acara internasional bisa terbagi dua traffic-nya kan, yang VIP dan wisatawan reguler. Ketiga adalah masalah kemampuan bandara yang ada tak kuat lagi menghadapi pertumbuhan penumpang. Jadi teknis sekali sebenarnya kan.

Maka kita buat studi, dan masuk ke dalam blueprint Kementerian Perhubungan. Bappenas juga masukkan kebutuhan Bandara Bali Utara ini di RPJMN. Jadi kita nggak asal aja bikin-bikin ini, kan ini investasi besar, nggak bisa asal.

ADVERTISEMENT

Kita masuk sini sekitar tahun 2015, studi selesai 2016 dan juga seiring dengan rekomendasi bupati gubernur di tahun yang sama, tahun 2017 kita minta penlok ke Perhubungan sampai sekarang itu masih terus berproses. Tapi RPJMN 2015-2019 pun kita sudah masuk, di lima tahun berikutnya masuk lagi kita.

Kenapa Buleleng dipilih sebagai tempat pembangunan Bandara Bali Utara?
Buleleng itu kabupaten terbesar pertama di Bali, Singaraja kota terpadat kedua setelah Denpasar. Ini urusan perimbangan arah aja, dengan dibangun di utara kabupaten sekitarnya itu kena dampak ekonominya juga Karangasem, Bangli, dan Jembrana juga kena. Itu paling aman sekali, kita ciptakan new economic engine. Buleleng ini sentral sangat strategis.

Dulu pusat kotanya Bali itu di Singaraja, ketika dibangun bandara di Denpasar baru lah ekonomi pindah. Nah kita mau seimbangkan ekonomi untuk di utara juga.

Seperti apa dukungan warga masyarakat soal pembangunan Bandara Bali Utara?
Dukungan kita sudah banyak. Mulai dari nelayan, banjar, desa adat, kepala desa sekecamatan, desa adat, hingga ke puri-puri se- Bali. Di sini ada 15 kerajaan kecil, pimpinannya 15-15 orang itu tanda tangan dukungan buat kita. Kita libatkan semuanya. Dan saya yakin itu juga keinginan Bu Megawati, dia pernah bilang tolong gandeng semua pihak. We did it di sini. Kontraktor aja China, tapi Waskita, PP, BUMN lokal kita ajak juga pak.

Raja-raja Bali itu terakhir di bulan Desember dia memberikan surat resmi kepada Presiden Joko Widodo secara langsung meminta agar Bandara Bali Utara ini segera dipermudah pembangunannya sama pemerintah.

Alhamdulilah kita luar biasa dukungannya dari masyarakat. Saya pernah dipanggil oleh Sekjen PDIP. Beliau cerita ke saya, ibu marah, ini kejadian 2-3 tahun lalu. Ini bukan barang baru, statement Bu Megawati saja dalam menyebutkan Menteri Pariwisatanya kan Wishnutama waktu itu kan. Ini bukan case baru, ini case lama muncul lagi sekarang.

Pak Sekjen bilang ke saya, ini nyambung ke cerita sekarang, 'Ibu pernah panggil 4 menteri, ditanya lah bagaimana you jaga Bali?' Semua tak bisa jawab. 'Ibu takut Bali ini jadi Hawaii'. Jelas sekali Pak Sekjen katakan kepada saya.

'Terus gimana pak Iwan apa rencananya supaya Bali nggak hilang dengan adanya bandara ini?' Saya jelaskan saya bawa ini (album foto), saya nggak suka asal bicara, saya tunjukkan foto ini, 11 Raja Bali sembahyang bersama di lokasi proyek kami, semua datang ke kantor kami. Dengan seperti ini, siapa yang jaga Bali? Mereka yang akan jaga pak, mereka yang guarantee Bali akan tetap ada. Kami sembahyang dengan cara Bali, dengan Raja-raja Bali. Kami lakukan ritual Bali, dan semua tanda tangan persetujuan bangun bandara.

Pak Hasto kaget, 'kayaknya Ibu belum tahu masalah ini, ini saya kasih tahu ya Pak Iwan ke Ibu.' Monggo lah kata saya. Itu saya ketemu beliau di pertengahan 2022, baru kemarin itu. Saya ada fotonya nih dengan Pak Hasto.

Jadi dukungan masyarakat ke kami itu alhamdulilah besar, kita sendiri luar biasa dukungan mereka ke kami, mereka sembahyang minta agar bangunan bandara ini cepat jadi.

Pertemuan dengan Sekjen PDIP Hasto Kristianto dan progres proyek di halaman berikutnya. Langsung klik


Hide Ads