Wawancara Fahira Fahmi Idris
Dari Parsel ke Bisnis Solar
Senin, 24 Sep 2007 09:43 WIB

Jakarta - Larangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk pemberian parsel bagi pejabat negara telah memukul para pebisnis parsel. Pangsa pasar makin sempit, sementara pemain bisnis parsel semakin banyak. detikFinance pun mewawancari Ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia Fahira Fahmi Idris di kediamannya, Kompleks Puri Asri, Jalan Duren Tiga, Jakarta, Minggu (23/9/2007).Single Parents kelahiran tahun 1968 itu mengungkapkan awal bisnisnya hingga kini mengakrabi bisnis solar. Awal mula terjun dibisnis parsel ?Saya mulai bisnis ini masih duduk di bangku kuliah saya masuk kuliah tahun 1987, mulai dagang tahun 1988. Waktu itu mulai booming parsel. Pertama nawarin ke temen-temen kuliah. Saya memang lebih suka menjadi wiraswasta ketimbang kantoran.Bagaimana prospek bisnis parsel sekarang ?Parsel sempat menjadi bisnis yang prospek pada tahun 90-an. Namun semenjak ada larangan KPK mengirim parsel ke instansi dan pejabat pemerintah pada tahun 2005 bisnis ini meredup, omset terus turun, yang paling parah ketika tahun 2005, kenapa saat itu saya waktu itu gigih menolak karena KPK mengeluarkan aturan itu sudah mendekati hari raya tidak jauh hari.Padahal kami semua sudah selesai merampungkan produksi, hampir semua anggota sampai rugi ratusan juta karena pada saat itu pembelian anjlok 40 persen, tahun 2006 juga kondisinya sama.Saya lihat untuk lebaran kali ini dropnya sampai 70 persen. Namun sekarang sudah antisipatif dari stok yang biasanya. Misalnya ditoko saya dari stok per event 15 ribu unit kini dikurangi sepertiga jadi 5 ribu unit. Karyawan saya kurangi dari 300 orang per event sekarang saya pangkas tinggal 50 karyawan. Dulu per event bisa untung miliaran tapi sekarang puluhan juta sudah syukur. Kalau di bulan selain hari raya toko saya menjual bunga untuk dekorasi yang penjualannya baik-baik saja.Apa Langkah asosiasi menyikapi situasi ini ?Sebagai bentuk tanggung jawab saya sebagai ketua, saya roadshow ke daerah untuk menghimbau kepada para anggota untuk segera beralih usaha lain ketimbang terus mengalami kerugian. Saya imbau jangan hanya terpaku menjual parsel pada saat hari raya lebih baik menjual makanan atau pakaian muslim, dan hampir 60 persen bersedia beralih.Bagaimana menyikapi hipemarket yang juga mulai menjual parsel ?Kuenya otomatis terbagi, khusus untuk parsel makanan sampai terbagi 50 persen. Itu juga menurunkan omset kami. Makanya parsel kami bukan hanya makanan tapi juga keramik, bohemian dan alat salat.Kenapa akhirnya APPI sepakat mendukung larangan KPK ?Dua tahun lalu kita secara keras menolak tapi tidak ada bedanya. Daripada kita terus menolak menghabiskan energi. Lebih baik berpikir alih usaha. Selain itu dengan posisi ayah saya yang menjadi menteri tampaknya kalau saya terus memprotes pemerintah, saya punya ayah yang duduk di pemerintahan dan dengan KPK ada hubungan horisontal.Bagaimana kesibukan Anda sehari-hari ?Pagi saya ke 'Nabila', siang ke Wisma Kodel karena saya sejak 6 bulan lalu setelah melihat bisnis parsel mulai turun tercetus ide untuk meniti bisnis baru. Saya dan kelima rekan saya akan menjadi supplier solar industri di Indonesia, solarnya dari perusahaan Singapura. Nama produk solar Le Royaume. Harganya akan lebih kompetitif dibanding harga solar pertamina. Rencananya mulai aktif setelah lebaran. Sekarang mencari perusahaan mana yang mau di pasok. Meskipun punya bisnis baru, 'Nabila Florist, Parcel and Ballon' tetap saya pertahankan.Kenapa tertarik di bisnis ini ?Setelah bisnis BBM tidak dimonopoli Pertamina saya pikir ini bisnis yang prospektif, dan pemerintah lebih terbuka biar harga bisa lebih kompetitif. Produk Le Royaume sama seperti halnya Shell ataupun Petronas. Dan bisnis ini lebih fair lebih mahal satu sen pun orang pasti nggak mau beli.Apa suka dukanya menjadi pengusaha sekaligus anak menteri ?Syukurnya saya punya kedua orang tua yang bijaksana, yang tidak pernah mencekoki saya harus begini begitu, dalam berbisnis saya tidak pernah dimanja harus berusaha sendiri. Makanya saya beralih ke usaha supplier solar karena bisnis ini berbeda halnya seperti saya menjual batik, kalau batik orang membeli bisa karena saya anak menteri. Tapi bisnis solar benar-benar harus kompetitif, lebih mahal satu sen pun mana ada yang beli. Yang perlu diwaspadai kalau anak pejabat mendapat proyek di instansi pemerintah yang dipimpin ayahnya itu bisa kearah KKN.
(qom/ir)