Begini Isi Curhatan Apple dan Freeport ke Kemenperin

Begini Isi Curhatan Apple dan Freeport ke Kemenperin

Yulida Medistiara - detikFinance
Rabu, 19 Okt 2016 14:31 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan delegasi US-ASEAN Business Council atau perwakilan gabungan pengusaha Amerika Serikat-ASEAN.

Perusahaan AS yang ada di Indonesia hadir di sini seperti Apple dan Freeport McMoRan. Mereka menyampaikan curhatan kepada

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut Apple berkomitmen untuk membangun R&D center (research and development/ tempat penelitian) di Indonesia. Apple akan membangun di 3 lokasi untuk pengembangan software atau perangkat lunak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang positif tadi Apple itu komit investasi ke Indonesia. Dia akan membangun innovation center jadi 3 research and development center," ujar Menperin Airlangga, di kantornya, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (19/10/2016).

Menurutnya, saat ini Apple masih mengurus beberapa proses pembukaan pusat inovasi tersebut. Dengan dibangunnya R&D Apple tersebut, Menperin berharap Apple bisa menyerap tenaga kerja asal Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Freeport McMoran juga curhat ke Kemenperin. Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin, Harjanto mengatakan Freeport menanyakan terkait dukungan pemerintah terkait smelter.

"Keluhan nggak ada tapi mau tahu saja bagaimana pemerintah mendorong dibangunnya smelter," ujar Harjanto.

Ia mengatakan pemerintah sedang mendorong hilirisasi dari industri tembaga yang belum terdapat midstream-nya (tempat pengolahan dari bahan mentah menjadi nilai tambah). Padahal industri tembaga dapat mendukung program listrik 35.000 Mw dan 46.000 Km untuk transmisi.

"Tapi yang missing itu di tengahnya midstream sehingga kita ingin membangun satu rantai/kedalaman infrastruktur yang lengkap struktur dari hulu ke hilir," ujar Harjanto.

Poinnya adalah membuat struktur industri lebih lengkap, jangan ada yang hulunya terbangun tetapi di hilir ada yang mengimpor dari luar. Hal itu menyebabkan nilai tambah dan pemasukan lebih tinggi untuk negara lain sementara bahan bakunya diekspor dari Indonesia.

"Nilai tambahnya di negara lain, upstream-nya ada di ekspor ke negara lain, tapi sebagai input dari industri downstream kita itu ambil dari luar padahal industri copper dalam negeri butuh copper ingot (tembaga katoda)-nya diproses tapi ingotnya diambil dari luar, pengolahan copper ada istilahnya impor konsentrat, makanya perlu smelter untuk nggak bolong di tengah," kata Harjanto.

"Mana yang bolong harus diisi untuk punya potensi, ada yang komparatif, harusnya kita unggul di situ jangan bolong-bolong ada keterkaitan antara hulu dan hilir," kata Harjanto. (ang/ang)

Hide Ads