Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Senjaya A. saat dihubungi detikFinance, Kamis (16/4/2009).
Senjaya mengatakan dari 3 pabrik yang menghentikan produksinya, satu lokasi berada di Tangerang dengan kapasitas 80.000 square feet per bulan dengan tenaga kerja 150 orang. Selain itu ada 2 lokasi di Jakarta dengan masing-masing kapasitas produksi 25.000 square feet per bulan dengan tenaga kerja total 50 orang.
Selama ini kapasitas produksi industri penyamakan Indonesia untuk produk kulit sapi, kambing dan domba totalnya mencapai 150 juta square feet per tahun. Rata-rata dari produksi sebanyak 25% diekspor ke luar negeri.
"Penjualan dari tahun kemarin mulai turun, di kuartal satu 2009 saja permintaan turun 40%, akhirnya berpengaruh sama produksi," jelasnya.
Selain 3 perusahaan penyamakan skala besar dan menengah yang mulai menghentikan produksinya, sebanyak 400 industri penyamakan skala rumah tangga mulai terancam stop produksi karena menghadapi kondisi yang sama. Sedangkan 70 perusahaan skala besar masih kembang kempis karena cashflow yang seret.
Restrukturisasi Mesin
Senjaya mengatakan mengenai restrukturisasi (peremajaan) mesin yang digelontorkan oleh Departemen Perindustrian (Depperin) sebesar Rp 20 miliar bagi sektor penyamakan akan sangat tergantung konsistensi anggotanya untuk berinvestasi membeli mesin.
"Kondsi krisis saat ini, anggota kita berpikir ulang lagi apakah perlu investasi lagi. Masalahnya kita nggak punya modal, pemerintah bantu tetapi harus kita keluar dulu 100% modal," katanya.
Seperti diketahui Depperin akan memberikan potongan pembelian investasi mesin barus sebesar 10% dari jumlah pembelian bagi sektor penyamakan. Hingga kini setidaknya di anggota APKI sudah ada 5 perusahaan yang berminat mengikuti program restrukturisasi mesin termasuk di Sukabumi, Cisarua dan lain-lain.
(hen/lih)