Menurut Direktur Keuangan UNSP Harry Nadir, kesepakatan pinjaman ini telah perseroan dapat satu bulan sebelumnya dengan total US$ 250 juta. Karena dana yang dipakai untuk refinancing utang US$ 185 juta, maka sisanya akan perseroan anggarkan sebagai biaya pengembangan pabrik oleo chemical.
Hal ini disampaikan Harry usai acara ramah tamah dengan wartawan di Restoran Sammara, Jalan Kebon Sirih Raya, Jakarta, Kamis (18/8/2011) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perseroan mengagendakan RUPS Luar Biasa, dalam rangka persetujuan refinancing tersebut oleh pemegang saham, pada pertengahan September 2011. Diharapkan dana pinjaman dapat cair di bulan yang sama.
"RUPS bisa dilakukan secara paralel dengan pencairan pinjaman di September ini. Yang jelas sebelum November saat utang kita jatuh tempo, refinancing sudah done," tuturnya.
Kepastian pinjaman tersebut, menegaskan batalnya rencana UNSP untuk menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS yang diwacanakan sebelumnya. Direktur Utama UNSP, Ambono Januriato menegaskan tidak ada opsi obligasi dalam dua tahun ke depan.
"Tidak ada lagi itu. Saat ini masih ada kendala di access funds karena ekspansi akan semakin terbatas. Khususnya untuk spending yang slow yielding. Orang saat ini bicara bonds tiga tahunan. Interest rate pergerakannya meningkat. Meski prime rate tidak bergerak, tapi secondary-nya bergerak," papar Ambono.
(wep/qom)