"Mudah-mudahan siap. Dibandingkan perbankan negara lain, NPL (kredit bermasalah), misalnya saat krisis 2008 kan naiknya nggak sampai lebih dari 2% dibanding negara lain. Risk management, modal dari bank-bank pada tahun 2010 juga jauh lebih baik dibandingkan saat krisis," kata Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Zulkifli Zaini ketika ditemui di sela acara IBI-Perbanas silaturahmi di Hotel JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (14/9/2011).
Namun Zulkifli menegaskan industri perbankan nasional diminta tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan bisnisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zulkifli memaparkan stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik, sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang berada jauh di atas minimum 8% dan NPL gross di bawah 5%.
Senada dengan Zulkifli, Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menyatakan, dengan kemampuan mengatasi krisis 2008 lalu, imbas krisis saat ini dirasakan tidak akan terlalu besar.
"Ya pada intinya saya mengatakan bahwa dampak itu ada, mudah-mudahan tidak terlalu terasa selama hubungan domestiknya itu besar termasuk industri di dalam negeri. Namun kita tidak boleh mengabaikan, karena krisis di AS juga belum selesai," katanya.
Hal utama yang menumbuhkan optimisme ketahanan industri perbankan menghadapi krisis adalah pendanaan yang masih berasal dari dana pihak ketiga (DPK) dari dalam negeri, bukan berasal dari pinjaman luar negeri.
"Saya pikir bank itu hanya memutar dari ekonomi domestik saja, kecuali Banyak pinjaman luar negeri dan kita banyak meminjam valuta asing dari pihak di luar itu yang akan ada dampak kalau dolar AS itu menjadi langka," tutup Sigit.
(dru/dnl)











































