ESDM: RI Bukan Negara yang Kaya Sumber Energi

ESDM: RI Bukan Negara yang Kaya Sumber Energi

- detikFinance
Kamis, 13 Okt 2011 12:08 WIB
Jakarta - Pemerintah menyatakan Indonesia bukanlah negara yang kaya sumber daya alam tertentu. Indonesia hanya kaya ragam sumber energi karena segala jenis sumber energi ada.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Kardaya Warnika dalam acara Coffee Morning Penyampaian Harga Jual Listrik (Feed In Tariff) Berbasis Energi Biomassa, Biogas, dan Sampah Kota di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (13/10/2011).

"Melihat sumber daya alam kita terhadap energi, kita harus ubah paradigma kita. Kalau anda seangkatan saya, itu dimasuki pemikiran kalau kita kaya sumber energi. Jadi seolah-olah kita kaya, dan kita menjadi berpikir seperti orang kaya. Kaya itu relatif, kita harus lihat perbandingan dengan negara lain," ungkap Kardaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk produksi minyak bumi, Indonesia masih sangat kalah jauh dibandingkan dengan Kuwait, venezuela, Iran, Arab Saudi, atau Rusia. "Di percaturan dunia, cadangan minyak kita kalau tidak salah itu tidak sampai 2% saja. Apakah kita masih bisa bilang kita kaya?," tanyanya.

"Kita harus memikirkan kita kaya apa? Ternyata kita sangat kaya di ragam energi. Tidak ada atau jarang sekali negara di dunia yang memiliki ragam energi seperti kita. Energi air, minyak, gas, batubara, panas bumi, matahari, dan sebagainya kita punya. Jadi kita tidak kaya akan sumber tertentu, tapi ragamnya," tegasnya.

Misalnya, panas bumi, Indonesia menjadi negara paling kaya di dunia untuk sumber energi baru terbarukan tersebut. Namun, dirinya menyangsikan, mengapa Indonesia tidak memanfaatkan hal tersebut.

Selama ini Indonesia masih ketergantungan dengan pemanfaatan energi yang berbasis fossil, yakni minyak dan gas bumi yang notabenenya tidak bisa diperbarui.

"Kebutuhan energi Indonesia sudah lebih dari 1 miliar setara barel minyak. Angka itu besar sekali, dan tiap tahun bertambah 7%, ini pemakaiannya jauh lebih tinggi dari pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi kita," jelas Kardaya.

Dengan kebutuhan 7% tersebut, di 2025 kebutuhan energi Indonesia akan melampaui sumber energi fosil yang ada. Maka itu dia menekankan perlunya pengembangan energi terbarukan sesegera mungkin.

"Kita, bayangkan, 95% hanya memanfaatkan energi fosil saja. Padahal itu jelas tidak terbarukan jadi makin lama makin habis. Harus kita pikirkan bagaimana ke depannya," ujar Kardaya.

Dia mengingatkan, jika Indonesia baru mengembangkan energi terbarukan pada saat energi fosil sudah habis, maka Indonesia bisa memasuki masa krisis energi.

"Kita harus memikirkan itu, kita punya panas bumi, tenaga angin dan sebagainya, harus segera dialokasikan pemanfaatannya," ungkapnya sekali lagi.

(nrs/dnl)

Hide Ads