Pemerintah Tepis Persepsi Miring Soal Rumah Murah Cetak Rp 25 Juta

Pemerintah Tepis Persepsi Miring Soal Rumah Murah Cetak Rp 25 Juta

- detikFinance
Rabu, 18 Apr 2012 12:57 WIB
Jakarta - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menilai kritikan pengembang terkait sulitnya merenovasi rumah yang berteknologi cetak beton tidak masuk akal. Anggapan miring ini dibantah Kemenpera, justru model rumah cerak mempermudah proses renovasi.

"Nggaklah, kan tinggal diketrek (pugar)," kata Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo di Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (18/4/2012).

Pengadaan teknologi rumah cetak beton, menurutnya, justru menguntungkan dari sisi produksi. Biaya akan lebih ditekan, apalagi dengan rencana menaikkan batasan rumah bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi Rp 88 juta per unit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita upayakan untuk menaikkan suplai. Caranya dengan teknologi cetak dan pembebasan PPN ini," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso, menilai teknologi rumah cetak beton menyulitkan masyarakat dalam merenovasi rumahnya. Beda dengan dinding bata susun yang diterapkan selama ini.

"Rumah beton cetak, kalau kembangkan (renovasi) susah. Karena konstruksinya beda. Kalau renovasi biayanya jadi lebih tinggi karena konstruksinya solid. Ini yang harus diperhatikan," terang Setyo.

Teknologi bangun rumah beton cetak dikembangkan oleh Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Terdapat rumah contoh yang berdiri Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta.

Dengan teknologi cetak, biaya pembangunan rumah bisa lebih hemat. Luas bangunan 36 m2 hanya habiskan dana Rp 25 juta (diluar biaya tanah).

Teknologi rumah cetak ini merupakan garapan Umar Sumadi sang penemu teknik cetak rumah berbasis beton. Selain biaya produksinya hanya Rp 25 juta untuk tipe 36, kualitas rumah ini pun tak diragukan karena berbasis beton semen campuran pasir.

(wep/hen)

Hide Ads