Harga Kedelai Meroket, Produsen Tahu-Tempe Semarang Gulung Tikar

Harga Kedelai Meroket, Produsen Tahu-Tempe Semarang Gulung Tikar

- detikFinance
Selasa, 24 Jul 2012 20:18 WIB
Foto: Dok. detikFinance
Semarang - Melonjaknya harga kedelai yang bertubi-tubi membuat perajin tahu dan tempe berusaha keras mempertahankan usahanya. Warsino (71), ketua kelompok perajin tahu di Tandang dan sekitar Jomblang, Semarang mengaku baru kali ini mengalami harga kedelai yang melonjak drastis.

"Baru kali ini harga kedelai naik bertubi-tubi dan tidak wajar. Bahkan kadang sehari bisa naik dua kali," kata Warsino di rumah sekaligus pabrik tahu miliknya di jalan Tandang Raya, Semarang, Selasa (24/7/2012).

Akibat kenaikan harga kedelai tersebut, dua perajin tahu anggota kelompok Warsino sampai menghentikan produksi karena tidak mampu mengimbangi antara harga bahan baku dan harga jual tahu. Lima perajin tempe juga harus gulung tikar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perajin ada yang memutuskan tidak aktif. Perajin tahu di tempat saya sekarang hanya 6 dan perajin tempe tinggal 38," tuturnya.

Warsino sangat menyayangkan kenaikan harga yang tadinya seharga Rp 5,5 ribu per kg sekarang mencapai Rp 8 ribu per kg. Kenaikan harga tersebut terhitung dari bulan Mei lalu.

"Kami beli tanggal 2 Mei lalu harganya Rp 5.500 lalu naik Rp 6.500. Dan terakhir kami beli dua hari lalu sudah mencapai Rp 7.600, bahkan kami mendapat informasi hari ini naik mencapai Rp 8.000 per kilonya," tandas Warsino.

Menghadapi harga kedelai yang meroket, Warsino dan anggota kelompoknya melakukan rapat dan mengambil keputusan untuk menaikan harga jual tahu hasil produksi mereka. Harga yang semula Rp 120 ribu per tong, saat ini dinaikkan menjadi Rp 135 ribu per tong. Tapi ternyata usaha tersebut tidak berjalan mulus, beberapa perajin justru memilih berhenti memproduksi dari pada menaikan harga.

"Belum bisa kompak semua karena memang harga jualnya masih belum mendukung. Mereka memilih berhenti," ujar Warsino.

"Kenaikan harga tersebut dengan asumsi pembelian kedelai Rp 7.500 per kg. Kalau sekarang Rp 8.000 ya sudah pasti rugi," imbuhnya.

Para perajin tahu yang menghentikan produksi di kelompok Warsino adalah perajin dengan hasil produksi kurang dari 50 kg per harinya. Meski demikian perajin dengan hasil besar sekitar 1 ton pun harus bersikeras agar tidak gulung tikar.

"Dengan begitu bukannya kami akan mengancam berdemo dengan mogok produksi, tapi memang terpaksa berhenti produksi," akunya.

Ia juga berharap agar pemerintah memberikan respon kepada pengusaha tahu dan tempe dengan adanya kenaikan harga kedelai yang semakin tinggi. "Kami belum berencana untuk berdemo. Menunggu respons pemerintah," kata Warsino.

Sementara itu Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Pemerintah Provinsi Jateng, Ihwan Sudrajat mengatakan adanya perubahan harga pada kedelai disebabkan karena kekeringan di Amerika yang notabene menjadi negara pengimpor kedelai di Indonesia. Sedangkan hasil kedelai lokal menurut Ihwan, tidak pernah bisa mencukupi kebutuhan kedelai secara nasional.

"Dulu ada subsidi dengan harga Rp 3.000 per kg, tapi sekarang tidak tahu. Biasanya ada dana untuk subsidi dari pemerintah," ungkap Ihwan.

"Kalau bisa jangan berdemo. Karena pemerintah pasti bertindak," imbuhnya.

(alg/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads