"Kegiatan eksplorasi masih mengandung resiko kegagalan, kendati menggunakan kajian geologi maupun kajian goefisika untuk mencari minyak," kata Rudi dalam komiknya 'Eksplorasi Migas Yang Ramah Lingkungan' dikutip detikFinance, Selasa (29/1/2013).
Kegagalan sering terjadi, kata Rudi, karena kesalahan interpretasi data geologi dan geofisika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Rudi dalam komiknya, sampai sekarang ini, sayangnya Indonesia belum memiliki teknologi yang dikembangkan secara mandiri di bidang migas.
"Sehingga masuk harus mengimpor dari negara-negara maju lainnya. Indonesia juga tidak memiliki dana cukup besar yang berani digunakan untuk membiayai kegiatan berisiko tinggi seperti eksplorasi, dan masih membutuhkan tenaga asing yang ahli di bidang eksplorasi. Berbagai kelemahan ini membuat kita tidak mempunyai pilihan lain selain bekerja sama dengan pihak asing, tentunya yang memiliki pendanaan yang sangat besar bisa mencapai miliaran dolar As," jelas Rudi.
Apalagi dengan luas laut Indonesia saat ini, baru 5% yang dieksplorasi sumber daya migasnya.
"Laut kita luas, dan yang sudah dieksplorasi tidak lebih dari 5%, juga masih ada daratan yang belum dieksplorasi maksimal," tandas Rudi.
(rrd/dnl)











































