"Kami 100% siap untuk takeover operasional Inalum, tergantung keputusan pemerintah apakah Inalum diberikan ke kami atau tidak, tapi yang jelas kami sangat siap," ucap Direktur Keuangan Antam Djaja Tambunan ketika ditemui di Restoran Sate Senayan, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (18/7/2013).
Dikatakan Djaja, terkait masalah pendanaan untuk melanjutkan operasional Inalum, pihaknya mengaku tidak masalah, karena sangat mudah untuk mencari pinjaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inalum adalah usaha patungan pemerintah Indonesia dengan Jepang. Proyek ini didukung aset dan infrastruktur dasar, seperti pembangkit listrik tenaga air dan pabrik peleburan aluminium berkapasitas 230-240 ribu ton per tahun.
Pemerintah Indonesia memiliki 41,13% saham PT Inalum, sedangkan Jepang memiliki 58,87% saham yang dikelola konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA). Konsorsium NAA beranggotakan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang mewakili pemerintah Jepang 50% dan sisanya oleh 12 perusahaan swasta Jepang.
Berdasarkan perjanjian RI-Jepang pada 7 Juli 1975, kontrak kerja sama pengelolaan PT Inalum berakhir 31 Oktober 2013. Untuk mengambil alih perusahaan aluminium tersebut, pemerintah menyiapkan dana US$ 723 juta atau Rp 7 triliun.
(rrd/hen)