Indonesia masih ketergantungan impor pangan sampai saat ini. Sebut saja kedelai, daging sapi, gula bahkan beras harus dibeli dari luar negeri. Kementerian Perdagangan pun menjadi sasaran empuk cacian masyarakat karena mudah membuka kran impor.
Ketika ditanya soal mahalnya harga pangan, Gita berulang kali menyinggung Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Menteri Pertanian Suswono. Berikut ini 4 pernyataan Gita Wirjawan yang berhasil dikumpulkan detikFinance, Kamis (12/9/2013).
Surat Persetujuan Impor (SPI) kedelai terlambat
|
"Kenapa izin SPI telat hingga 28 Agustus karena kita baru terima bukti serapnya kedelai lokal dari Kementan beberapa hari sebelumnya. Kesepakatan mengenai berapa yang harus diimpor sebenarnya pada akhir Juni. Ini kesan kenapa lama skali SPI dikeluarkan itu memang benar karena kita tunggu bukti serap dari Kementan, silakan dicek," kata Gita.
Produksi kedelai dalam negeri melempem
|
"Kita ke Kalideres kemarin tidak menemukan satu pun perajin yang menggunakan produk lokal. Semuanya pakai impor. Jadi memang langka produk lokal. Ini yang kita pesan kepada Menteri Pertanian untuk bisa meningkatkan produksi ke depan dan kita tidak tergantung importasi," ungkap Gita.
Mahalnya harga daging
|
Namun sampai saat ini, rekomendasi penunjuk pelaksana (jutlak) dari Kementerian Pertanian ke Kementerian Perdagangan belum dilakukan.
"Ancaman harga daging sapi kembali naik. Kami masih tunggu untuk dikeluarkan juklak dari Mentan. Permentan kan sudah dikeluarkan 30 Agustus untuk melimpahkan perizinan daging sapi dan hortikultura ke kita. Tapi kita nggak bisa keluarkan SPI sampai hari ini karena juklaknya belum dikeluarkan Kementan. Jadinya memang kesannya lambat," cetus Gita.
Percepatan impor sapi
|
"Percepatan sapi bakalan kuartal IV sebanyak 46.000 ekor sapi bakalan? Itu belum dituntaskan oleh Kementan. Jadi tolong ke Ragunan (Kantor Kementan) jangan nyalahin kita saja," tandas Gita.
Halaman 2 dari 5