Didirikan pada tahun 1976, PTDI pernah mempekerjakan hingga 16.000 tenaga ahli bidang penerbangan hingga teknisi biasa. Di dalam perjalanan perusahaan, BUMN pesawat ini mampu menghasilkan produk pesawat dan komponen yang dipakai dan diakui dunia.
Seperti pesawat CN235. Pesawat bermesin turboprop rancangan PTDI dan Airbus Military ini, telah dipakai di berbagai negara. Atau komponen penting pada pesawat jet komersial super jumbo Airbus 380. Mau tahu, produk PTDI yang mendunia itu? Berikut hasil penelusuran detikFinance, Jumar (21/2/2014).
|
Pesawat CN235
|
Saat itu, BJ Habibie selaku pimpinan PTDI menggandeng Cassa (sekarang Airbus Military) untuk merancang dan memproduksi pesawat bermesin turboprop dan mampu membawa 35 orang.
Hingga akhirnya, pesawat ini berhasil diperkenalkan kepada publik (roll out) untuk pertama kalinya pada September 1983.
Sejak itu, PTDI dan Cassa melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Untuk pasar luar negeri, negara-negara yang telah menggunakan pesawat ini, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Pakistan, hingga Korea Selatan.
Bahkan PTDI saat ini sedang menjajaki kerjasama peningkatan kapasitas CN235 milik Korea Selatan dan Malaysia.
Saat ini, kebutuhan CN235 telah bergeser ke arah pesawat pengawas pantai. Pesawat CN235 varian Maritime Patrol (MPA) dibutuhkan karena mampu membawa peralatan untuk pengawasan dan pengamanan maritim.
Pesawat tipe CN235 MPA ini telah digunakan oleh TNI AL dan pasukan penjaga pantai Korea Selatan untuk mengawasi perairan.
Sejak dikembangkan mulai 1979, pesawat CN 235 telah terjual hingga 311 unit di seluruh dunia. Untuk bagian PTDI, mampu menjual 60 unit di dalam dan luar negeri. Sedangkan Cassa telah menjual 251 unit.
Pengembangan dari pesawat CN235 tidak berhenti di situ saja. PTDI dan Cassa merancang CN235 next generation (nextG).
Pesawat CN235
|
Saat itu, BJ Habibie selaku pimpinan PTDI menggandeng Cassa (sekarang Airbus Military) untuk merancang dan memproduksi pesawat bermesin turboprop dan mampu membawa 35 orang.
Hingga akhirnya, pesawat ini berhasil diperkenalkan kepada publik (roll out) untuk pertama kalinya pada September 1983.
Sejak itu, PTDI dan Cassa melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Untuk pasar luar negeri, negara-negara yang telah menggunakan pesawat ini, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, Pakistan, hingga Korea Selatan.
Bahkan PTDI saat ini sedang menjajaki kerjasama peningkatan kapasitas CN235 milik Korea Selatan dan Malaysia.
Saat ini, kebutuhan CN235 telah bergeser ke arah pesawat pengawas pantai. Pesawat CN235 varian Maritime Patrol (MPA) dibutuhkan karena mampu membawa peralatan untuk pengawasan dan pengamanan maritim.
Pesawat tipe CN235 MPA ini telah digunakan oleh TNI AL dan pasukan penjaga pantai Korea Selatan untuk mengawasi perairan.
Sejak dikembangkan mulai 1979, pesawat CN 235 telah terjual hingga 311 unit di seluruh dunia. Untuk bagian PTDI, mampu menjual 60 unit di dalam dan luar negeri. Sedangkan Cassa telah menjual 251 unit.
Pengembangan dari pesawat CN235 tidak berhenti di situ saja. PTDI dan Cassa merancang CN235 next generation (nextG).
NC 212
|
Pesawat multi fungsi ini, mampu membawa hingga 20 orang dengan beban maksimal 2.000 kg. Pesawat ini merupakan rancangan bersama antara PTDI dan Airbus Military. Saat ini, PTDI mengembangkan NC212 seri terbaru yaitu NC212i.
Pesawat seri terbaru ini, telah dipesan sebanyak 2 unit oleh Angkutan Udara Filipina dan 1 unit untuk Kementerian Pertanian Thailand. Sejak pertama kali dikembangkan, PTDI telah menjual hingga 102 unit pesawat NC212.
NC 212
|
Pesawat multi fungsi ini, mampu membawa hingga 20 orang dengan beban maksimal 2.000 kg. Pesawat ini merupakan rancangan bersama antara PTDI dan Airbus Military. Saat ini, PTDI mengembangkan NC212 seri terbaru yaitu NC212i.
Pesawat seri terbaru ini, telah dipesan sebanyak 2 unit oleh Angkutan Udara Filipina dan 1 unit untuk Kementerian Pertanian Thailand. Sejak pertama kali dikembangkan, PTDI telah menjual hingga 102 unit pesawat NC212.
Pesawat N250
|
Saat menuju pengembangan pesawat ke-3 dan menunggu sertifikasi, pesawat ini dihentikan pengembangannya karena krisis ekonomi dan atas rekomendasi International Monatary Fund (IMF) pada tahun 1998.
Namun saat proses pengembangan dan sebelum proyek N250 dihentikan, pesawat ini pernah diterbangkan langsung dari Indonesia ke Prancis untuk ditampilkan pada acara Paris Air Show tahun 1997.
Pesawat ini terbang dikawal CN235 dari Indonesia menuju Prancis. Saat tampil di Paris Air Show, N250 mampu mencuri perhatian dunia kala itu. Saat ini, justru maskapai Indonesia banyak memakai pesawat sejenis N250 yaitu pesawat buatan ATR.
Pesawat N250
|
Saat menuju pengembangan pesawat ke-3 dan menunggu sertifikasi, pesawat ini dihentikan pengembangannya karena krisis ekonomi dan atas rekomendasi International Monatary Fund (IMF) pada tahun 1998.
Namun saat proses pengembangan dan sebelum proyek N250 dihentikan, pesawat ini pernah diterbangkan langsung dari Indonesia ke Prancis untuk ditampilkan pada acara Paris Air Show tahun 1997.
Pesawat ini terbang dikawal CN235 dari Indonesia menuju Prancis. Saat tampil di Paris Air Show, N250 mampu mencuri perhatian dunia kala itu. Saat ini, justru maskapai Indonesia banyak memakai pesawat sejenis N250 yaitu pesawat buatan ATR.
Komponen Pesawat Airbus
|
Komponen ini masuk kategori tersulit dan vital dalam sebuah pesawat terbang. Maka ketika PTDI tidak atau terlambat memproduksi komponen ini, maka produksi A380 akan terganggu.
Hingga saat ini, komponen outer fixed leading edge ini telah terpasang pada 165 pesawat jumbo A380. Selain komponen A380, PTDI juga membuat komponen pesawat jenis A320, A321, A340, A350 hingga Boeing 747.
Selain membuat komponen pesawat, PTDI juga dipercaya Eurocopter memproduksi komponen helikopter. Seperti komponen tail boom dan fuselage dari Helikopter tipe EC725 dan EC225.
Untuk bisnis komponen pesawat atau aerostructure, PTDI pada tahun 2013, memperoleh kontrak baru senilai Rp 112 miliar dan senilai Rp 728 miliar akan diperoleh pada tahun 2014.
Komponen Pesawat Airbus
|
Komponen ini masuk kategori tersulit dan vital dalam sebuah pesawat terbang. Maka ketika PTDI tidak atau terlambat memproduksi komponen ini, maka produksi A380 akan terganggu.
Hingga saat ini, komponen outer fixed leading edge ini telah terpasang pada 165 pesawat jumbo A380. Selain komponen A380, PTDI juga membuat komponen pesawat jenis A320, A321, A340, A350 hingga Boeing 747.
Selain membuat komponen pesawat, PTDI juga dipercaya Eurocopter memproduksi komponen helikopter. Seperti komponen tail boom dan fuselage dari Helikopter tipe EC725 dan EC225.
Untuk bisnis komponen pesawat atau aerostructure, PTDI pada tahun 2013, memperoleh kontrak baru senilai Rp 112 miliar dan senilai Rp 728 miliar akan diperoleh pada tahun 2014.
Halaman 6 dari 10