Pendapatan per kapita Indonesia yang sebesar US$ 4.700 masih jauh tertinggal dibandingkan negara kawasan lainnya. Thailand sudah pada kisaran US$ 10.000, Malaysia sudah mencapai US$ 15.000, dan Singapura yang sudah melebihi US$ 50.000.
"Pendapatan per kapita Indonesia masih rendah dibandingkan Thailand, hanya separuhnya. Malaysia sudah pada kisaran US$ 15.000. Kalau dengan Singapura sudah jauh sekali," ungkap Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Aunur Rofiq dalam peluncuran buku Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Restoran Pulau Dua, Jakarta, Minggu (11/5/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan kemiskinan dalam delapan tahun terakhir (2004-2012), dari 36,10 juta orang bisa turun menjadi 28,59 juta orang. Menurutnya dengan pertumbuhan di atas 6%, jumlah orang miskin bisa lebih terkurangi.
"Pertumbuhan itu tidak semata-maka karena angka-angka. Tapi juga berkualitas," sebutnya.
Sorotan Dewan Pembina Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) ini tertuju pada pengelolaan anggaran yang tidak optimal. Padahal untuk mengatasi kemiskinan dalam lima tahun terakhir (2007-2012), anggaran untuk pengentasan kemiskinan Rp 468,2 triliun.
Masalahnya adalah efektivitas belanja sosial yang rendah dan penyaluran dana alokasi khusus ke daerah banyak yang bocor karena buruknya birkorasi dan korupsi. Hal ini lah yang menyebabkan dana transfer daerah menjadi tidak efisien sehingga peningkatan dana ini tidak diikuti dengan membaiknya kesejahteraan masyarakat daerah.
"Anggaran yang besar, tapi jumlah penduduk miskin juga tetap besar," sebut Aunur.
Β
(mkl/hds)