Menjadi miliuner tidak semudah membalikkan telapak tangan memang. Butuh usaha yang sangat keras untuk mencapainya. Bahkan tak jarang mereka yang kini menjadi orang super kaya harus mengalami masa-masa sulit, terpuruk, hingga bangkrut!
Meski bangkrut, keuletan, dan jiwa pantang menyerah yang dimiliki, membuat mereka mampu bangkit, dari bangkrut mereka bermetamorfosis dan menjadi miliuner.
Dikutip dari CNN Money, Rabu (2/1/2014), ada sejumlah orang yang awalnya bangkrut atau tak punya apa-apa kini menjadi kaya raya. Berikut daftar bagian pertamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Sara Blakely
|
Sara lalu melamar kerja di Walt Disney World, tapi dengan tinggi 5'6, dia tidak memenuhi syarat tinggi badan.
Lalu dia menjual mesin faksimili selama tujuh tahun, dan akhirnya menghabiskan sisa tabungannya sebanyak US$ 5.000 untuk membangun sebuah perusahaan pembuat pakaian dalam, Spanx. Kini, perusahaannya menjadi perusahaan yang sangat besar. Sara juga bergabung bersama Warren Buffet dalam Giving Pledge, kumpulan orang kaya dermawan.
2. Jan Koum
|
Koum akhirnya belajar jaringan komputer pada saat remaja. Menginjak dewasa dia menjadi co-founder Whatsapp Messenger, aplikasi chatting yang telah dibeli Facebook seharga US$ 19 miliar.
3. Chain Laiwa
|
Bertahun-tahun bisnisnya tumbuh, dan sebelum umurnya 40 tahun dia pindah ke Hong Kong untuk mulai berinvestasi di real estate. Dia memulainya dengan 12 properti, lalu semakin besar dan banyak. Sekarang dia menjadi pejabat tertinggi di Fu Wah International, perusahaan yang bergerak di real estate, pariwisata, elektronik, dan industri lainnya.
4. Sheldon Adelson
|
Sebelum sukses dia berbagi tempat tidur dengan kedua orang tuanya dan juga keluarganya di Massachusetts. Ayahnya adalah supir taksi dan ibunya menjalankan toko rajutan.
Adelson mulai berbisnis di umur 12 tahun, saat dia memiliki izin untuk menjual koran di Boston. Saat ini dia dikenal sebagai konglomerat dan investor, dan salah satu pria terkaya di dunia.
5. Zhang Xin
|
Di masa remaja, Zhang hidup miskin, bekerja di perusahaan pembuat mainan dan elektronik dengan upah yang kecil. Selama 5 tahun dia menabung unutk membeli tiket pesawat menuju London dan biaya kursus Bahasa Inggris.
Di Inggris, dia belajar di Cambridge University lalu bekerja di Goldman Sach di New York. "Semua orang datang dari antah berantah, itu lah sesuatu tentang China.
Halaman 2 dari 6