"Saat lebaran, banyak pekerja yang menangis karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga," kata Communication & Relations Manager PHE ONWJ Hanna Prabandari saat kunjungannya ke salah satu anjungan minyak offshore PHE ONWJ, kemarin, Senin (28/7/2014).
Apalagi, para pekerja hanya dapat berkomunikasi dengan keluarganya melalui telepon yang dijatah paling lama 5 menit, karena harus bergantian dengan yang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Admand, salah satu pekerja bagian NUI Operator di PHE ONJW mengatakan, sudah menjadi konsekuensi bagi seorang pekerja migas apalagi di offshore harus rela tidak berkumpul dengan keluarga saat lebaran.
"Tapi saya janji ke keluarga, libur nanti saya akan boyong keluarga untuk mudik ke Kebumen walau lebarannya sudah selesai," ucap pria asal Kebumen tersebut.
Ditambahkan Hanna, Untuk menambah kemeriahan, para pekerja di anjungan minyak offshore menghias tempat tinggal mereka di laut lepas dengan berbagai hiasan bertema Idul Fitri. PHE ONWJ juga memfasilitasi ibadah pekerja dengan mendatangkan ustaz sehari sebelum Lebaran.
Ustaz tersebut memimpin pekerja untuk salat Isha dan Ttakbiran di landasan helikopter di puncak tertinggi anjungan tersebut. Suasana sepi, tiupan angin dan pemandangan laut lepas menambah khusyuknya ibadah.
"Pagi harinya, mereka kembali ke landasan helikopter untuk salat Ied bersama. Rasa haru karena menang melawan nafsu selama satu bulan lamanya juga rasa rindu berkumpul dengan keluarga bercampur menjadi satu. Gerimis kecil saat itu tidak mengurangi kekhusyukan ibadah," kata Hanna.
"Begitu salat Ied selesai, mereka kembali untuk makan bersama dengan menu istimewa khusus untuk merayakan Lebaran, diantaranya ketupat, opor, sambel goreng, aneka kue dan cake dari management ONWJ," tutupnya.
(rrd/dnl)