Maskapai penerbangan nasional seperti PT Garuda Indonesia Airlines Tbk (GIAA) meminta harga jual bioavtur nanti sama atau lebih rendah dari avtur agar tidak memberatkan pelaku usaha.
"Kalau kita mampu memproduksi bioavtur dalam jumlah yang banyak sehingga harganya bisa sama dengan avtur, syukur-syukur bisa jauh lebih murah," kata Direktur Operasional PT Garuda Indonesia Tbk Capt. Novianto saat berdiskusi tentang bahan bakar pesawat ramah lingkungan di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (26/05/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya dengan teknologi yang ada harganya akan sama. Bioavtur ini harganya harus seperti BBM ikut harga pasar. Intinya harganya pasar," imbuhnya.
Novianto menjelaskan setiap tahun rata-rata Garuda Indonesia mengkonsumsi 1,8 miliar liter atau setara dengan 18 juta Kiloliter. Dari jumlah itu sebagian besar bahan bakar avtur dibelinya dari Pertamina.
"1,8 miliar liter itu mayoritas ada di pasar domestik. Itu konsumsi seluruh penerbangan. Dari Pertamina kita beli sekitar 60% setelah itu beli di mana-mana bisa di Singapura, Kuala Lumpur tergantung kita terbangnya kemana," jelasnya.
(wij/ang)