Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menilai, target tersebut bisa saja tercapai jika pemerintahan Jokowi menerapkan reformasi birokrasi dan membuat kebijakan yang mendukung pertumbuhan infrastruktur.
"Pertumbuhan ekonomi 7% di jangka menengah mungkin. Tergantung jenis reformasi dari rencana-rencana yang sudah disampaikan," tuturnya di acara Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia oleh Bank Dunia, di Soehanna Hall, The Energy Building, Jakarta, Senin (8/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 menjadi 5,1%. Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,2%. Pemangkasan proyeksi tersebut akibat melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor Indonesia.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan 5,2%, tahun 2016 5,5%. Pada 2015-2018 pertumbuhannya bisa lebih tinggi," katanya.
Namun begitu, kondisi perekonomian global yang juga berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia akan menjadi hambatan bagi Indonesia. Pemerintah perlu melakukan berbagai reformasi kebijakan untuk mengimplementasikan program-programnya agar pertumbuhan ekonomi terdorong lebih tinggi.
"Ada pengaruh global ke depan, tapi bisa dikendalikan. Pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan. Ada faktor global yang bisa membuat pertumbuhan ekonomi 7% sulit, jadi perlu waktu. Tapi mungkin bisa, lihat nanti," terangnya.
(drk/hds)