"Orang selama ini mempunyai image ke Pertamina, bahwa kilang kita sudah lama-lama semua. Mungkin efesiensinya kalah dengan kilang di negara lain," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di acara Pertamina Refining Day di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Dwi mengakui, akibat usia kilang yang sudah tua tersebut hasil produksi kilang Pertamina saat ini jauh lebih mahal daripada impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, lanjut Dwi, Pertamina melakukan program peremajaan kilang yang disebut Refining Development Master Plan (RMDP). Program ini akan berlangsung hingga 2025.
"Karena kalau nunggu kilang baru pastinya masih sangat lama. Dengan selesainya program itu, (RDMP) dapat memanfaatkan seluruhnya minyak dalam negeri dan dapat meningkatkan nilai produk-produk petrokimia sehingga dapat memberikan nilai tambah," jelasnya.
Sebagai contoh, kilang Balongan yang usianya sudah 20 tahun ditambahkan unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC). Unit ini dapat mengolah residu atau ampas dari kilang menjadi bensin RON 92.
(rrd/hds)