"Dalam MEA 2105, tantangan berat yang harus kita hadapi adalah persaingan tenaga kerja terutama yang terampil dan kompeten," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada diskusi bertema 'Arah Kebijakan Perindustrian untuk Kemakmuran dan Pemerataan Rakyat' di Jakarta, Senin (23/2/2015).
Saleh juga merinci, target program pengembangan SDM industri pada tahun ini, antara lain tersedianya tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten sebanyak 21.880 orang, adanya Lembaga Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji Kompetensi bidang industri sebanyak 20 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada acara yang digelar Ikatan Sumberdaya Manusia Profesional Indonesia dan Institut Paradigma Indonesia itu, Kemenperin tengah meningkatkan daya saing dengan memperkuat struktur industri melalui hilirisasi, penguatan pasar dalam negeri, dan SNI wajib bagi produk tertentu.
Tangguh dan Berdaya Saing
Tahun ini juga telah ditetapkan Kemenperin sebagai momentum pembangunan industri. Pada jangka waktu 2015 β 2019, diharapkan terbangun industri yang tangguh dan berdaya saing.
Beberapa sasarannya ialah penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas sebesar 15,43 juta tenaga kerja, dan meningkatnya investasi di sektor industri pengolahan non-migas sebesar Rp 271,1 triliun.
"Begitu juga dengan peningkatan penyebaran dan pemerataan industri sebesar 32%," kata Saleh.
Industri, lanjut Saleh, menjadi andalan terhadap peningkatan nilai tambah, devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Sumber Daya Manusia Profesional Indonesia Ivan Taufiza mengatakan, Indonesia perlu belajar dari Tiongkok dan Brasil.
"Kedua negara itu melakukan investasi besar untuk pengembangan keterampilan industri melalui program magang. Setiap tahun sekitar 2,5 juta pekerja di Brasil dan 11,3 juta pekerja di Tiongkok mendaftar mengikuti berbagai program teknis di negaranya," paparnya.
Ivan juga menyebutkan, pada 1960-an sekitar 60% tenaga kerja Tiongkok bekerja di pedesaan, namun kini tinggal 35%. Artinya, Tiongkok telah berubah dari masyarakat pertanian tradisional ke negara industri modern.
Begitu juga dengan Brasil yang pada 1970, hanya 56% populasi penduduknya tinggal di pedesaan. Namun di 2005, Brasil sudah dapat memproduksi 2,4 juta kendaraan bermotor, 33 juta ton baja, 34 juta ton semen, dan 23,3 juta telepon seluler. "Bahkan negara ini mampu menjadi produsen pesawat terbesar keempat di dunia, yang mengkhususkan pada pesawat jet regional," ujar Ivan.
(zul/dnl)