"Hambatan klasik diproyek PLTP memang banyak, mulai dari perizinan, lahan dan sebagainya. Tapi yang terbaru yang sering muncul akhir-akhir ini, adanya tentangan dari warga," ujar Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, Rony Gunawan, di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Rony mengatakan, tentangan warga sekitar di proyek PLTP memang terbilang aneh. Karena di mana pun proyek PLTP, dipastikan tidak akan merusak lingkungan atau hutan. Justru proyek ini ramah lingkungan dan besar manfaatnya, bagi masyarakat sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi kalau ada proyek listrik PLTP, kegiatan ekonomi di daerah sekitar proyek PLTP pasti tumbuh, listrik juga terpenuhi," ujarnya.
Rony mengungkapkan, sudah banyak contoh kasus proyek PLTP ditentang warga, bahkan sampai terjadi kerusuhan yang menelan korban jiwa.
"Ada proyek PLTP Cermai yang dikembangkan Chevron, ada PLTP Rajabasa, PLTP Bedugul," ujarnya.
Tentunya hal ini sangat disayangkan, apalagi di tengah Indonesia kekurangan pasokan listrik, dan kondisinya potensi panas bumi di Indonesia sangat besar, atau terbesar di dunia.
"Apalagi susah lho ada investor mau mengembangkan panas bumi, karena risikonya tinggi. Sama seperti eksplorasi minyak, kita juga harus ngebor sumur panas bumi untuk dapatkan panas yang sesuai, sementara tidak ada bank yang mau beri dana untuk eksplorasi karena sering gagal. Kalau gagal ngebor nggak dapat apa-apa. Gambaran besarnya dana yang dibutuhkan untuk produksi 1 mega watt listrik dari panas bumi itu sekitar US$ 4-5 juta, besar sekali," tutup Rony.
(rrd/dnl)