Ia tidak menyangka bisa dipercaya menduduki posisi Sekper karena saat awal-awal bekerja dan melihat jenjang karir di KAI (dahulu PJKA), bayangannya hanya bisa menduduki posisi manajer di level daerah atau Daerah Operasi (DAOP).
"Saya dulu didinaskan di bagian operasi. Salah satu tugas bagian operasi selain melayani perjalanan KA, yakni menjaga perlintasan sebidang di dalam sinyal masuk yang ada di stasiun," cerita Sugeng kepada detikFinance di Stasiun Juanda, Jakarta, Senin (23/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menurut saya petugas perlintasan itu petugas yang paling bawah karena nggak ada bawahannya," sebutnya.
Karirnya berjalan lambat karena posisi berputar di daerah. Ia pernah menjadi wakil kepala stasiun. Hingga akhirnya harapan datang ketika Ignasius Jonan dipercaya dipercaya menjadi Direktur Utama KAI pada 2009.
"Saya juga sekarang heran, kok bisa jadi Sekper. Karena dulu saya menduga atau sudah mapping saya paling mentok manajer di daerah operasi. Faktanya saya bisa jadi manajer, senior manajer, VP, Kadaop, Deputi Kadaop, sampai sekarang jadi Sekper," terangnya.
Sugeng mengaku awalnya sempat menyangsikan Jonan memimpin KAI karena datang dari luar perusahaan. Apalagi Jonan berlatar belakang dari industri keuangan, tidak memiliki latar belakang di bidang transportasi.
Singkat cerita, Sugeng pernah bertemu Jonan di Surabaya pada 2009. Di sana ia ditanya tentang pengalaman dan perasaan bekerja di KAI. Di depan Jonan, ia mengaku kondisi KAI sudah sangat semrawut. Ia meminta ada suatu perubahan di perseroan hingga akhirnya ia ditarik ke Jakarta.
"Saya sudah kerja lebih dari 25 tahun di KAI (tahun 2009). Terus dia bilang, apa yang kamu rasakan? Saya bilang saya nggak merasa ada apa-apa (nggak perubahan di KAI). Saya bilang mau berubah," tegasnya.
Sejak Jonan masuk, pola karir dan kesejahteraan di KAI membaik. Sistem reward and punishment berlaku. Siapa yang berprestasi akan naik jabatan atau memegang posisi tertentu meski berusia muda dan sebaliknya, pegawai bermasalah atau tidak mampu bekerja akan digeser.
Karir di KAI terbuka lebar untuk siapa pun dan berlaku secara konsisten. Padahal sebelumnya posisi karir di KAI diisi oleh senior dan karyawan yang memiliki kedekatan dengan pimpinan.
Β
"Kalau nggak ada metode kepemimpinan yang eksentrik seperti Pak Jonan, tidak ada perubahan. Ini bagus. Memang ada standarnya. Untuk jabatan tertentu dia mampu atau tidak. Lebih kepada kemampuan, saya setuju. Jadi detil dan jelas dalam memberi pekerjaan," papar Sugeng.
Karir cemerlang juga dialami oleh rekan Sugeng yaitu Subakir. Subakir, menurut Sugeng, mengawali karir sebagai 'tukang parkir' kereta. Kini ia dipercaya menduduki posisi Direktur Operasi PT Kereta Api Logistik, anak usaha KAI.
"Teman saya dulu juga dari jabatan seorang juru langsir. Namanya Pak Subakir, dia sekarang jabatannya sebagai Direktur Operasi KA Log," sebutnya.
(feb/hds)