Susi mengatakan isu kasus perbudakan di Kepulauan Aru dilakukan oleh perusahaan PT Pusaka Benjina Resources (PBR). Menurut Susi kasus ini sudah menjadi sorotan tajam beberapa media internasional seperti AP News hingga New York Post.
"Perbudakan di Benjina, kita pemerintah Indonesia tidak menerima dituduh selama ini perbudakan terjadi. Thailand menyalahkan pihak kita bila perbudakan ini terjadi," kata Susi di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (27/03/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inilah kita dalam 4 bulan terakhir melakukan prioritas tracking down illegal fishing karena praktik illegal fishing menjadi vehicle kriminal tindakan lainnya termasuk perbudakan. Kita tidak menerima ini dan kita tidak membiarkan ini terjadi. Ini terjadi di luar awareness kita," papar Susi.
Susi mengatakan kejadian kasus perbudakan terjadi di Kepulauan Aru yang letaknya terpencil dengan akses yang cukup terbatas. Namun pihaknya akan berupaya tegas menyelesaikan kasus ini dan memanggil para petinggi PBR.
"Terjadi di luar pulau kecil serta terisolasi. Yang kita lakukan pemerintah Indonesia, KKP, dan imigasi akan begerak bersama menangani masalah ini. Kita panggil PBR atas pertanggung jawaban atas apa yang terjadi di perusahaan ini," katanya.
Bila langkah cepat tidak dilakukan, maka akan membahayakan terutama ekspor produk perikanan Indonesia. Produk perikanan Indonesia akan ditolak dan diboikot di berbagai negara.
"Kalau kita biarkan ini berbahaya. Kalau New York Post memberitakan seafood yang anda makan berasal dari perbudakan, resikonya adalah produk perikanan Indonesia bisa diboikot dunia," katanya.
Hingga saat ini penyelidikan kasus perbudakan oleh PBR di Kepulauan Aru masih berlangsung. Termasuk menahan sementara kapal KM Pulau Nunukan yang mengangkut 24 kontainer berpendingin berisi 551 ton ikan segar berbagai jenis dari PBR.
"KM nunukan itu kita setop karena mengangkut hasil tangkapan ikan PBR. Kalau mau dilepas memang harus dikeluarkan kontainer dulu, saya belum tahu perkembangan seperti apa. Volume ikannya banyak sekali," jelas Susi.
(wij/ang)