Proyek Pelabuhan Terbesar di Selat Malaka Banyak Dilirik Investor Asing

Proyek Pelabuhan Terbesar di Selat Malaka Banyak Dilirik Investor Asing

Wiji Nurhayat - detikFinance
Rabu, 27 Mei 2015 18:36 WIB
Jakarta - Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara yang digagas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I ‎mulai dibangun tahun ini. Di tahap I, Pelindo I mulai membangun multi purpose terminal dengan kapasitas 500.000 Teus.

Pembangunan ditargetkan selesai 2016 dan siap dioperasikan di kuartal I-2017. Pelabuhan ini digadang-gadang bisa menampung 20 juta Teus per tahun, dan bakal yang terbesar di Selat Malaka.

Proyek ini dirancang sejak tahun 2011, Pelabuhan Kuala Tanjung sudah menarik minat investasi investor asing dari berbagai negara seperti China dan Belanda.

"Investor yang berminat banyak, seperti China Port of Tianjin berminat, China Harbour berminat, CCCC (China Communication Construction Company) juga sama. Mereka ingin investasi. Belum lagi Port of Rotterdam," ungkap ‎Direktur Utama PT Pelindo I (Persero) Bambang Eka Cahyana saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR Senayan Jakarta, Rabu (27/05/2015).

Menurut Bambang, antusias yang tinggi dari investor asing disebabkan karena letak Pelabuhan Kuala Tanjung cukup strategis. Pelabuhan Kuala Tanjung terletak tepat di jalur Selat Malaka yang menjadi salah satu jalur pelayaran ‎tersibuk di dunia.

"Jadi Kuala Tanjung prospektif. Di ‎sisi lokasi dia dekat dengan Selat Malaka, hinterland sisi ekonomi cukup bagus," tuturnya.

Adapun beberapa proposal yang diajukan investor asing untuk ikut membangun ‎Pelabuhan Kuala Tanjung. Seperti Port of Rotterdam ingin membangun kawasan industri dan pengelolaan pelabuhan.

"Dia kan developer, dia kembangkan pelabuhan Rotterdam sana dilengkapi kawasan industri. Dia ingin Kuala Tanjung menjadi cerita sukses mereka saat membangun Pelabuhan Rotterdam dan Sohar (Oman)," paparnya.

Lain dengan Port of Rotterdam, investor asing lainnya yaitu China Harbour lebih ingin masuk dan berinvestasi membangun petikemas, CCCC (China) ingin membangun kawasan industrinya sedangkan Port of Tianjin ingin mengembangkan kawasan. Selain itu ada juga investor asal Jepang yaitu Marubeni.

"‎Desain kita tetap pada pedoman yaitu pengembangan kawasan. Jadi ada pelabuhan, kawasan industri hingga 3.000 hektar dan petikemas yang bisa dikembangkan hingga 23.000 km," katanya.

Diharapkan bila pelabuhan ini rampung di tahun 2019, pelabuhan ini dapat berperan terutama mengembangkan industri bernilai tambah di Sumatera Utara.

"Sebagian produk di sektar Kuala Tanjung diekspor dalam bentuk barang mentah dan setengah jadi. Kita jumlahkan ekspor CPO dari Sumut dan Riau 20 juta ton setiap tahun. Nah kalau itu diolah menjadi produk turunan sawit yang berjumlah 24, itu berapa juta Teus akan tersedia. Ini yang menarik investor mau masuk," tukasnya.

(Wiji Nurhayat/Suhendra)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads