China Mau Bangun Kereta Cepat, Ahok: Ada 1.200 Kepala Keluarga Digusur

China Mau Bangun Kereta Cepat, Ahok: Ada 1.200 Kepala Keluarga Digusur

Feby Dwi Sutianto - detikFinance
Kamis, 02 Jul 2015 15:19 WIB
Jakarta - Konsorsium BUMN asal Tiongkok dan Indonesia akan membangun kereta cepat atau high speed railway rute Jakarta-Bandung. Rencananya, groundbreaking kereta cepat mulai 17 Agustus 2015.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menilai pengembangan kereta cepat yang dibiayai oleh Tiongkok bakal sulit terwujud. Alasannya, proses pengembangan untuk stasiun di sisi wilayah Jakarta akan menghadapi masalah pembebasan lahan.

Stasiun keberangkatan di Jakarta rencananya berlokasi di daerah dekat Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur yang padat penduduk dan dikelilingi daerah terbuka hijau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir juga tidak semudah itu. Perusahaan itu mau pinjam Halim. Memang Halim rumah-rumah itu mau dibongkar gampang? gimana coba, ada 1.200 kepala keluarga mau digusur. Mau nggak mereka digusur?. Kalau tidak mau, perusahaan mau pakai ruang hijau, ya tidak bisa lah," kata Ahok usai bertemu Menteri BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Konsorsium BUMN di bawah komando Menteri BUMN Rini Soemarno bisa saja melakukan groundbreaking saat 17 Agustus nanti namun Ahok ragu proses tersebut bisa berjalan mulus. Selain izin belum dipegang, pembangunan bakal terbentur lahan.

"Saya setuju saja (kalau pakai Halim), namun realita rasionalnya harus ada dong. kalau kamu tidak punya tanah bagaimana kami mau bangun lalu groundbreaking, nanti presiden bisa malu dong. Sudah groundbreaking berhenti, lalu jadi batu nisan," ujarnya.

Ahok menilai pengembangan kereta cepat lebih mudah bila dimulai dari stasiun yang telah berdiri. Hasil studi Japan International Coorporation Agency (JICA) memilih Stasiun Manggarai dan Stasiun Dukuh Atas sebagai lokasi keberangkatan kereta cepat. Konsep JICA untuk pengembangan kereta cepat dinilai lebih rasional.

Selain tidak perlu pembebasan lahan, jalur atau rel yang dipakai bisa sama. Bila memakai konsep China desain rel harus berbeda secara ukuran. Padahal ukuran rel harus dibuat sama untuk memudahkan mobilisasi jenis kereta lain bila terjadi gangguan.

"Cuma kalau pakai Manggarai ada masalah yakni kereta yang dipakai bukan dari Tiongkok, tetapi Jepang sebab high speed train semula itu pakai Jepang," ujarnya.

Ahok tidak masalah bila groundbreaking dipaksakan pada tanggal 17 Agustus 2015 namun konsekuensinya proyek tersebut berpotensi besar tidak berlanjut seperti pada pengembangan monorel Jakarta.

"Kalau soal groundbreaking pakai yang Halim, hari ini juga bisa. Cuma habis groundbreaking bisa tidak berlanjut," sebutnya.

(feb/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads