2 Strategi Menperin Saleh, Agar RI Siap Hadapi MEA

2 Strategi Menperin Saleh, Agar RI Siap Hadapi MEA

Muhammad Idris - detikFinance
Minggu, 05 Jul 2015 16:43 WIB
Jakarta - Kementerian Perindustrian telah menyiapkan dua strategi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku mulai akhir 2015. Strategi itu yakni ofensif dan defensif untuk menangani persaingan.

Strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri. Implementasi yang dilakukan berkaitan dengan penguatan sektor Industri Kecil Menengah (IKM), antara lain pemberian insentif bagi IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan.

"Selain itu, kita juga fokus pada penumbuhan wirausaha industri melalui pelatihan wirausaha baru dan bantuan start up capital," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangannya, Minggu (5/7/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk strategi defensif, dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Saat ini sudah tersusun 50 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), sektor industri serta 25 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Secara progresif diupayakan penambahan 15 SKKNI dan 10 LSP sektor industri setiap tahunnya, diutamakan bidang industri prioritas.

Saleh juga menekankan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang termasuk dalam program ofensif. Antara lain dilakukan dengan memberi fasilitas akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).

Menurut data BPS, hingga 2013, jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. Angka itu bakal ditingkatkan lagi melalui percepatan pertumbuhan wira usaha.

Akselerasi itu menyasar penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial, program Beasiswa Penumbuhan Wirausaha Industri yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Ia juga menegaskan optimismenya terkait kinerja industri tahun ini. Ini merujuk pertumbuhan Industri non migas pada triwulan I-2015 sebesar 5,21 persen yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di 2015 yaitu sebesar 4,71 persen.

Sementara, ekspor produk industri hingga Februari tahun 2015 sebesar US$ 17,57 miliar yang memberi kontribusi sebesar 69,16% dari total ekspor nasional yang sebesar US$ 25,41 miliar. Sedangkan impor produk industri s.d Februari tahun 2015 sebesar US$ 18,65 miliar turun sebesar 7,13 persen dibandingkan periode yang sama di 2014 sebesar US$ 20,08 miliar.

Total investasi yang masuk pada triwulan I-2015 mencapai US$ 20,32 juta. Angka realisasi tersebut menurut data BKPM merupakan tertinggi sejak lima tahun terakhir.

(rrd/drk)

Hide Ads