Hal ini disampaikan oleh Direktur Wilayah III Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Wisnu Soedibjo, usai jumpa pers soal 100 investasi prioritas di kantor BKPM, Jumat (10/7/2015)
Wisnu mengatakan, tingginya tingkat demo buruh di Batam dipicu oleh beberapa faktor, antara lain soal dominannya jumlah pekerja laki-laki, hingga soal kecemburuan sosial, termasuk soal upah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ada faktor kecemburuan sosial dari buruh setempat terhadap gaya hidup hedonis negara tetangga Singapura, yang tingkat kesejahteraannya jauh lebih tinggi dari Indonesia.
"Pekerja inginkan gaya hidup seperti negara Singapura,"katanya.
Menurut Wisnu, analisis ini bukan tanpa alasan, ia mencontohkan di wilayah lainnya seperti Jawa Tengah (Jateng) ada kecenderungan tingkat demo buruh relatif rendah.
"Lain dengan Jateng, padat karya pegawai wanita dan orang Jawa kalem. Demo buruh cenderung sangat jarang terjadi. Tingginya demo diperparah akibat manajemen perusahaan yang agak cuek terhadap karyawan," Wisnu.
Mengenai soal dualisme sistem pengupahan yang ada di Batam, antara pemerintah kota dan otoritas Batam, Wisnu tak bisa menampiknya.
"Sepengetahuan saya beberapa kali ikut ke Batam, memang masih ada dualisme antara Otorita Batam dengan Pemkot," katanya.
Seperti diketahui aksi demo pekerja terhadap perusahaan asing telah membuat investor diam-diam hengkang dari Batam.
(hen/dnl)











































