Harga Minyak Makin Murah

Harga Minyak Makin Murah

Wahyu Daniel - detikFinance
Senin, 13 Jul 2015 09:32 WIB
Singapura - Harga minyak dunia turun pada pembukaan perdagangan di awal pekan ini. Hal tersebut dipicu oleh gagalnya kesepakatan pengembangan nuklir antara Iran dengan 6 negara penguasa energi terbesar dunia. Kemudian ada sentimen dari belum sepakatnya Yunani dan krediturnya di Eropa soal pengucuran utang baru.

Iran diprediksi akan menambah pasokan minyak di dunia, sehingga pasokan bakal berlebih. Sementara permintaan minyak akan melemah, karena kondisi pelemahan ekonomi di China dan Eropa. Ini akan membuat harga minyak terus turun.

Di Eropa, krisis utang Yunani berlanjut, setelah para pemimpin Eropa belum menemui kesepakatan untuk pengucuran utang baru ke negara para dewa ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di Asia, investor menunggu kestabilan pasar saham China lewat kebijakan pemerintah negeri tirai bambu tersebut.

Pada perdagangan hari ini, harga kontrak minyak produksi Amerika Serikat (AS) dibuka US$ 52,13 per barel, turun 61 sen dari penutupan pekan lalu. Sementara harga kontrak minyak jenis Brent turun 69 sen menjadi US$ 58 per barel.

Perkiraan berlebihnya pasokan dan adanya risiko pelemahan ekonomi dunia, membuat sejumlah bank menurunkan prediksi harga minyak ke depan.

"Pasar minyak menghadapi pelemahan permintaan dan tidak seimbangnya pasokan. Risiko makro dari Yunani, Iran, dan China menambahkan lemahnya kondisi," demikian analisa dari Bank of America Merrill Lynch, dilansir dari Reuters, Senin (13/7/2015). Bahkan bank ini menambahkan, harga minyak di AS bakal turun hingga US$ 50 per barel di kuartal III-2015.

Sementara Deutsche Bank memperkirakan, fundamental pasar minyak melemah. Sementara negara anggota OPEC tidak mau menahan produksinya.

Commerzbank memprediksi, Iran bakal membuat pasokan minyak berlebih hingga 1,5 juta-2 juta barel per hari.

"Asosiasi produsen otomotif China menurunkan prediksi dari pertumbuhan penjualan kendaraan. Penurunan pertumbuhan cukup tajam, dari 7% menjadi 3%. Ini berarti menahan permintaan bensin. Minyak Brent bisa turun di bawah US$ 55 per barel, dan West Texas Intermediate (WTI) produksi AS bakal di bawah US$ 50 per barel," kata Commerzbank.

(dnl/rrd)

Hide Ads