Nilai tukar rupiah masih berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sampai sekarang. Dolar bahkan sudah menembus level Rp 14.600.
Pergerakan ini merespon keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang menahan suku bunga acuan dan memperpanjang masa ketidakpastian bagi pelaku pasar keuangan. Di samping juga adanya proyeksi dari kondisi perekonomian China dan harga komoditas internasional.
Kepala Ekonom PT BII Tbk Juniman menilai pelemahan rupiah memang sulit dihindari. Hampir semua mata uang, khususnya negara berkembang mengalami hal yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset BII memaparkan bila dolar masih berada di atas Rp 14.000 sampai akhir tahun, maka proyeksi rata-rata nilai tukar pada 2015 diproyeksikan Rp 13.559. Sementara untuk tahun depan, kondisi nilai tukar diproyeksikan lebih baik.
Rata-rata nilai tukar di 2016, mencapai Rp 13.805. Hampir sama dengan proyeksi yang disampaikan Bank Indonesia (BI) yang sebesar Rp 13.900.
Pelemahan nilai tukar masih akan terjadi hingga kuartal pertama di 2016. Akan tetapi, pada kuartal selanjutnya akan ada penguatan yang cukup signifikan. Faktor pendorongnya adalah perbaikan ekonomi global dan dalam negeri serta makin berkurangnya ketidakpastian di pasar keuangan.
"Rata-rata di tahun depan Rp 13.805," sebutnya.
(mkl/feb)