"Penyerapan beras sampai hari ini sekitar 2,4 juta ton. Kalau stok 1,7 juta ton. Tapi itu yang untuk PSO (public service obligation) hanya 1,1 juta ton. 600.000 ton sisanya stok beras premium," ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, saat ditemui di sela-sela acara panen di Desa Cikarang, Cilamaya, Karawang, Minggu (27/9/2015).
Stok beras medium atau beras umum yang ada di gudang Bulog sebanyak 1,1 juta ton. Stok ini masih cukup untuk penyaluran secara normal program beras untuk keluarga sejahtera atau rastra (dulu bernama raskin) sampai akhir tahun. Namun, dengan adanya penambahan jatah rastra sampai 2 bulan, maka stok beras Bulog untuk PSO tak akan cukup untuk menjaga stabilitas harga beras pada awal 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di puncak masa paceklik pada Januari-Februari 2016 nanti, Bulog hanya memiliki stok beras medium dengan jumlah tak sampai 50.000 ton, bila taka ada impor beras.
"(Kalau nggak impor) 100.000 ton saja (stok) nggak sampai, mendekati 50.000 ton sisa stok kita di akhir tahun ini," kata Djatot.
Pengadaan beras Bulog dari dalam negeri saat ini juga sudah sangat sulit. Selain sudah lewat dari puncak panen, harga beras lokal juga sedang tinggi, di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 7.300/kg.
Akibatnya, Bulog kesulitan menyerap beras petani untuk kebutuhan PSO, sebab regulasi yang ada mengharuskan Bulog membeli beras dengan harga sesuai HPP untuk beras PSO.
"Pemerintah kan ada HPP, (beras lokal) yang ada sekarang di atas HPP, itu kesulitannya," pungkasnya.
(hen/hen)