Perum Damri saat ini menjadi moda transportasi umum utama dari atau ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang. Setiap hari, Damri mengoperasikan 265 bus dan membawa 24.000 penumpang.
Lantas, bagaimana pandangan Damri terhadap rencana beroperasinya Kereta Bandara Soetta yang mulai beroperasi akhir 2016?
Direktur Keselamatan dan Pelayanan Damri, Gede Pasek menyebut, pihaknya tidak merasa tersaingi dengan kehadiran moda transportasi berbasis kereta yang nantinya beroperasi dari Stasiun Manggarai hingga Airport Railway Station (ARS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belajar dari negara maju, angkutan kereta dan bus saling melengkapi. Kedua moda ini tetap hidup meskipun muncul moda baru.
"Tidak ada masalah, di dunia ada road based dan rail based. Pemerintah harus menyediakan semua layanan, dulu pernah banjir sehingga bus tidak bisa lewat. Di Incheon (Bandara di Korsel), bus dan rail beroperasi berdampingan," ujarnya.
Gede Pasek menilai, masih banyak penumpang kendaraan pribadi yang berangkat ke bandara memakai kendaraan pribadi. Segmen pasar tersebut nantinya bisa beralih ke moda kereta.
"Ada rail, kendaraan pribadi pindah, bukan 24.000 (penumpang Damri bandara) dibagi tapi ada shifting kendaraan pribadi ke kereta," jelasnya.
Meski demian, Damri melakukan beberapa langkah untuk menaikkan pelayanan kepada pengguna bus. Damri membuat Passenger Information System yang isinya memberi tahu pergerakan hingga kapasitas bus. Selain itu, Damri menghapus titik check point untuk mempercepat pergerakan bus.
"Untuk jaminan pelayanan kita luncurkan Passenger Information System, kemudian di situ penumpang bisa akses kapan pun. Saat penumpang datang, ada running text bahwa bus sudah sampai terminal mana dan tidak ada kernet teriak-teriak," ujarnya.
Tidak hanya itu, Damri akan menyesuaikan titik penjemputan dan pengantaran yang terkoneksi dengan moda transportasi massal. "Kita berencana terkoneksi dengan MRT dan LRT. Kalau kereta (jarak jauh) sudah terkoneksi di Stasiun Gambir," jelasnya.
(feb/dnl)