"Kita berhasil menghasilkan efisiensi sebesar US$ 103 juta sampai triwulan III 2015," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto saat konferensi pers tentang Petral, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Senin (9/11/2015).
Dwi menjelaskan, penghematan itu bisa terjadi karena karena seluruh kegiatan trading
impor bahan bakar minyak (BBM) untuk pengadaan dalam negeri dipegang oleh Pertamina melalui divisi Integrated Supply Chain (ISC).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk perkuatan ISC, kami bersyukur telah terus menunjukkan tren positif, di mana dapat dilihat dari peserta tender yang semakin variatif, harga lebih kompetitif, bargaining position semakin tinggi," kata Dwi.
Di tempat yang sama, Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman, menyebutkan aset milik Petral Group terus berkurang pasca pembekuan. Saat beroperasi, aset Petral mencapai US$ 2,3 miliar, kemudian posisi akhir Oktober 2015 senilai US$ 483 juta.
Penurunan nilai itu terjadi karena beberapa aset Petral telah dialihkan ke Pertamina hingga mulai diselesaikan proses pembayaran piutang.
"Sampai Oktober sebelum audit asetnya tinggal US$ 483 juta. Sebagian besar (aset) sudah berlaih dan dibayarkan (piutang)," jelas Budi.
(feb/hns)