"Dari pantauan, kita lakukan langkah-langkah nyata untuk antisipasi. Bulog sudah mulai masuk OP di tempat-tempat yang ada kekurangan pasokan beras jenis yang paling banyak dikonsumsi masyarakat (beras medium)," kata Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, dalam Media Gathering di Grand Ussu Hotel, Cisarua, Sabtu (28/11/2015).
Selain itu, Djarot mengaku telah melakukan pertemuan dan koordinasi dengan Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (Asparindo), Persatuan Pedagang Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi), dan para pedagang beras di PIBC pada Jumat, 27 November 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin pagi saya komunikasi dengan teman-teman di Cipinang untuk kerjasama, juga dengan Perpadi dan Asparindo. Intinya kerjasama, bukan sama-sama ngerjain. Saya katakan, saya sungguh tersanjung kalau OP dibantu pedagang dengan harga yang sampai ke konsumen itu harga yang wajar," tuturnya.
Pihaknya berjanji akan terus melakukan intervensi sebagai upaya menstabilkan harga beras. "Kami di Bulog dengan kondisi yang ada, kami melakukan OP. Kita akan intervensi, kita kerjasama dengan pedagang dengan harga yang dimaui kita semua," tutupnya.
Sebagai informasi, meski pasokan beras ke PIBC masih terhitung normal karena di atas 3.000 ton per hari, namun harga beras kualitas III atau beras medium sudah melonjak hingga kisaran Rp 9.000/kg.
Pasokan beras medium ke PIBC memang merosot belakangan ini. Biasanya pasokan beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah mencapai 1.000 ton/hari, tapi saat ini tinggal 300-400 ton/hari, akibatnya harga melompat ke Rp 9.000-9.100/kg dari tingkat normal Rp 8.200-8.300/kg.
Sebagian besar beras yang masuk ke PIBC saat ini adalah beras kualitas II yang harganya Rp 9.300-9.400/kg dan beras kualitas I yang harganya Rp 9.500-9.600/kg. Anjloknya pasokan beras medium ini diduga KPPU akibat ulah kartel beras.
(hns/hns)