Tahun Depan Pemerintah Bagi-bagi Sapi Gratis, Ini Syaratnya

Tahun Depan Pemerintah Bagi-bagi Sapi Gratis, Ini Syaratnya

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 09 Des 2015 16:18 WIB
Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) mulai tancap gas mengatasi defisit produksi daging sapi nasional. Salah satunya dengan mencanangkan 500 'pabrik sapi' atau Sentra Peternakan Rakyat (SPR) untuk memberdayakan petani yang memiliki ternak.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Muladno mengatakan, para petani yang nyambi jadi peternak akan diberikan sapi betina secara gratis dari pemerintah. Namun, pembagian sapi akan dilakukan dengan skema kemitraan.

"Nggak dibagikan secara percuma, penyakitnya petani itu kalau dikasih (sapi) dianggapnya dapat durian runtuh. Nanti dijual lagi tahun depannya. Satu petani dapat 2 ekor indukan, tapi hanya dipinjami saja," jelas Muladno dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/12/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah sapi pinjaman, kata Muladno, mengarah pada skema kemitraan antara peternak kecil dengan pihak lain yang memiliki modal cukup yang berperan sebagai penjamin sapi.

"Supaya aman sapi tak dijual, harus ada mitra sama seseorang yang kesejahtraannya cukup. Nanti yang penjamin skemanya kasih gaji Rp 1 juta per bulan, Rp 700 ribu untuk peternak, Rp 300 ribu untuk ternaknya, termasuk buat asuransinya, jadi sapi terlindungi misal kaya kemalingan," terang Muladno.

Nantinya, setelah sapi yang diternakan peternak melahirkan anak sapi, baru ada bagi hasil dengan kedua belah pihak.

"Pas melahirkan bagi hasilnya 60% untuk peternak, dan 40% untuk pemodal. Jadi kedua pihak sama-sama untung setelah melahirkan, dan dipelihara setahun. Sapi hanya pinjaman saja," kata Muladno.

Dalam program SPR ini, Kementan memberikan syarat kepada desa penerima sapi jika minimal memiliki populasi 1.000 sapi, dengan minimal 500 orang peternak, baik sapi potong maupun sapi perah.

"Bisa dua desa, asal yang penting ada populasi 1.000 sapi. Bisa dibayangkan, kalau nanti dokter hewan turun ke situ, ada standarisasi pakan, ada standarisasi manajemen, nanti misalkan kematian sapi 5%, berapa besar sapi yang bertambah, data produksi daging sapi juga bakal akurat," pungkasnya.

(drk/drk)

Hide Ads