Pelemahan rupiah saat ini utamanya didorong oleh permintaan dolar AS yang cukup tinggi di akhir tahun.
Ini merupakan siklus tahunan. Saat menjelang akhir tahun, masyarakat berburu dolar AS untuk dipakai liburan ke luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, selain siklus tahunan, pelemahan rupiah ini disebabkan adanya kekhawatiran pelaku pasar terkait kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Para pelaku pasar cenderung mengamankan portofolio investasi mereka ke negeri Paman Sam yang dianggap lebih menguntungkan.
"Akhir tahun pasar juga akan mulai adjustment kenaikan Fed Fund Rate. Perkiraan kenaikannya 0,25% bulan ini. Sampai tahun depan naik 1%," sebut dia.
Selain itu, harga komoditas terutama minyak yang terus menurun membuat para pelaku pasar melepas aset komoditas yang mengalihkannya ke dolar AS.
Hal ini tentu membuat dolar AS makin menguat, tidak hanya terhadap rupiah tapi juga mata uang negara emerging market lainnya.
"Suplai minyak Iran tinggi sekali, jadi harganya murah. Mereka switching investasinya dari komoditas ke dolar," katanya.
Supriyadi menilai, pelemahan ini akan terus berlangsung hingga bank sentral AS memberikan kepastian soal kenaikan Fed Fund Rate.
Dolar AS diperkirakan akan bergerak di support Rp 14.100 dan resistance di level Rp 13.800.
"Kalau stress test aman, dolar AS bisa Rp 13.800. Tapi bisa juga menguat lagi ke Rp 14.100. Untuk trennya pelemahan dolar lebih besar," kata Supriyadi.
(drk/ang)











































