Kementan: RI Tak Perlu Tambahan Impor Beras Pakistan dan India

Kementan: RI Tak Perlu Tambahan Impor Beras Pakistan dan India

Michael Agustinus - detikFinance
Selasa, 12 Jan 2016 11:36 WIB
Jakarta - ‎Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa produksi beras di dalam negeri pada awal 2016 ini masih aman, apalagi sudah ada impor beras sebanyak 1,5 juta ton dari Vietnam dan Thailand, tidak perlu tambahan impor lagi dari Pakistan dan India.

‎"Kalau hitungan kami, nggak perlu (tambahan impor beras)," tandas Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Hasil Sembiring, kepada detikFinance di Jakarta, Selasa (12/1/2015).

Dia berargumen, pasokan beras saat ini masih melimpah meski sedang paceklik. Buktinya, suplai beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di bulan Januari ini naik 15%.‎

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasokan beras di Cipinang malah sekarang naik 15%," ucapnya.

Selain itu, pihaknya memperkirakan akan ada panen seluas 1 juta hektar (ha) pada bulan Februari mendatang. Dengan perhitungan produktivitas padi sebesar 5,2 ton/ha, maka akan ada pasokan 5,2 juta ton gabah kering giling (GKG) atau sekitar 3 juta ton beras di bulan depan.

Jumlah produksi tersebut sudah di atas konsumsi beras nasional yang sebesar 2,67 juta ton per bulan.‎

"Nanti Februari sudah panen 1 juta hektar (ha), ada produksi sekitar 3 juta ton beras. Kebutuhan per bulan kita 2,67 juta ton. Jadi cukup," dia menegaskan.

Hasil menambahkan, ada juga stok beras yang disimpan oleh penggilingan padi, pedagang beras, dan masyarakat. Karena itu, dirinya sangat yakin stok beras di dalam negeri aman meski panen raya akan mundur dan ada ancaman hantaman kedua el nino. "Ada surplus beras pada produksi 2015. Ada stok di masyarakat, di pedagang, di penggilingan. Jadi cukup," tukas dia.

Meski demikian, Hasil tak memprotes penjajakan impor beras dari Pakistan dan India ‎yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sebab, penjajakan tersebut hanya untuk berjaga-jaga saja seandainya dampak el nino lebih dahsyat daripada yang diperkirakan.

"Untuk jaga-jaga saja MoU (dengan Pakistan dan India) itu," tutupnya.

‎Sebelumnya, Menteri Perdagangan Thomas Lembong beralasan bahwa penjajakan impor beras dari Pakistan dan India dilakukan karena ada perkiraan bahwa serangan el nino belum berakhir. Bila el nino kembali menyerang pada Februari mendatang, kata Lembong, stok beras di dalam negeri tidak akan cukup sehingga membutuhkan tambahan pasokan lagi dari impor agar harga tidak melonjak tinggi.

"Sekarang yang masih kita khawatirkan el nino. Biasanya 2 kali hantaman, pertama waktu Oktober-November yang menyebabkan pergeseran musim tanam padi. Stok (beras) kita jadi berkurang. Sekarang kita siap-siap kalau sampai ada hantaman kedua di Februari. Sekarang sedang kita koordinasikan," papar Lembong.

‎Selain itu, penjajakan impor beras dari Pakistan dan India juga dilakukan untuk menambah sumber pasokan. Lembong tak ingin Indonesia bergantung pada 1-2 negara saja‎. Dengan banyaknya negara pemasok, ada berbagai pilihan beras impor, harga pun menjadi lebih murah karena ada persaingan.

"Secara umum konsepnya adalah kita mau memperluas sumber impor pangan. Jadi jangan tergantung pada 1-2 negara saja, kita pelajari apakah ada negara ke-3, 4, 5 agar ada persaingan sehingga kita bisa dapat harga terbaik. Jadi diversifikasi pasok," ucapnya.

(hns/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads