Menurut salah satu pemilik toko elektronik, Awi, pihaknya menyatakan bahwa penjualan kali ini lebih parah dibandingkan tahun 1998 silam.
"Penjualan anjlok, lebih parah dari tahun 1998. Dulu sih kita bisa jual puluhan per harinya, sekarang karena daya beli kurang, laku 2 atau 3 biji saja sudah senang banget," ujar Awi saat disambangi detikFinance, di lokasi, Minggu (28/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendingan dolar naik tapi daya beli ada, sekarang dolar turun tapi pembeli mana?," ucap Awi di tengah persiapan membuka tokonya.
Dirinya juga mengaku, telah mengurangi jumlah karyawan karena lemahnya daya beli masyarakat.
"Dulu saya punya karyawan empat, sekarang saya kurangi jadi hanya tinggal satu saja, bosnya nggak ada pemasukan mau digaji pakai apa?," imbuh Awi.
Hal serupa dialami Hendry, salah seorang penjaga toko proyektor di Glodok. Dirinya juga menyebutkan, penjualan barang elektronik belakangan ini lesu. Penurunan nilai tukar dolar AS atau penguatan rupiah belum berpengaruh banyak terhadap penjualan barang elektronik.
"Di sini bisa seminggu tidak ada penjualan sama sekali, dolar kan baru turun sedikit jadi ya belum banyak berpengatuh lah. Proyektor kan juga bukan kebutuhan rutin. Jadi, ya cukup beli 1 unit saja bisa dipakai bersama-sama," tutup Hendry. (drk/drk)