Diskusi yang digelar di Hotel Radisson, Batam, Jumat (12/8/2016) ini, menghadirkan sejumlah petinggi negara dari mulai dari Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Kepala BP Batam dan Gubernur Kepulauan Riau.
Para pembicara akan mengulas berbagai terobosan baru dalam rangka pengembangan Batam sebagai pusat ekonomi baru. Diskusi akan fokus pada perumusan usulan kebijakan yang bisa cepat dilahirkan dan berdampak luas terkait upaya pengembangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Batam sendiri diyakini sangat potensial untuk dikembangkan. Sektor maritim dunia yang banyak terpusat di Selat Malaka menjadi keuntungan utama kawasan ini. Salah satu sektor industri paling potensial untuk dikembangkan di Batam adalah industri penunjang di sektor kelautan seperti industri pembuatan dan perbaikan kapal alias galangan kapal.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, bila dikembangkan dengan baik, industri galangan kapal di Batam bahkan bisa membuat Singapura bergantung pada Indonesia.
Bhima menjelaskan, saat ini Singapura telah menjadi pusat distribusi internasional. Sejumlah besar rute logistik dari Amerika Serikat (AS), Eropa dan Asia, menjadikan Singapura sebagai lokasi penghubung alias hub dengan negara-negara di Asia Tenggara, begitu pun sebaliknya.
Akibatnya, industri perkapalan, angkutan logistik hingga kepelabuhan tumbuh pesat di "negara kota" ini. Meski demikian, harus diakui, Singapura punya keterbatasan secara luasan daratan secara geografis. Akibatnya, pengembangan industri penunjang seperti pembangunan galangan kapal manjadi hal yang sulit dilakukan di negeri singa tersebut.
Batam punya potensi yang besar untuk mengisi keterbatasan tersebut dan membuat Singapura menjadi bergantung pada Indonesia dalam hal penyediaan galangan kapal. (dna/drk)