Tunai atau Kredit? (2)

Tunai atau Kredit? (2)

Mohamad Taufiq Ismail – Aidil Akbar Madjid & Partners - detikFinance
Kamis, 22 Nov 2018 06:37 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Menyambung dari artikel sebelumnya, kembali ke contoh kasus seorang milenial yang masih lajang bernama Ratri. Ratri sedang mempertimbangkan pembelian sebuah smartphone.

Smartphone model terbaru yang diincarnya berharga Rp 12 juta. Ratri menginginkan smartphone terbaru ini karena fitur kameranya yang sangat canggih.

Ratri memerlukannya agar dia bisa meng-update barang dagangannya di sosial medianya dengan lebih mudah dan menarik, karena fitur dan kemampuan kamera di smartphone lamanya tidak terlalu bagus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapatan bulanan Ratri saat ini sekitar Rp 7 juta per bulan, dan itu belum termasuk pendapatan dari bisnisnya sekitar Rp 4 juta per bulan.

Pertanyaannya apakah ini sebuah keputusan yang tepat untuk membeli smartphone baru tersebut? Kemudian, apakah membelinya harus dengan tunai atau boleh kredit?

Apabila kita melihat profil kebutuhan, pendapatan, serta kegunaannya, secara sekilas bisa dikatakan bahwa Ratri sebenarnya memang sangat membutuhkan smartphone ini, karena dengan smartphone ini Ratri bisa meningkatkan pendapatannya dengan meng-update gambar produk yang lebih baik dan menarik.

Nah, sebaiknya Ratri membeli dengan tunai atau kredit?

Apabila Ratri membelinya dengan tunai, maka dengan gajinya sebulan saja tidak cukup. Otomatis dia harus menabung terlebih dulu untuk membeli smartphone tersebut. Kemungkinan Ratri harus menabung selama dua atau tiga bulan terlebih dulu, tergantung juga dari jumlah pengeluaran bulanannya.

Bagaimana dengan pembelian kredit? Tentu Ratri akan bisa langsung membeli smartphone incarannya saat itu juga. Ratri bisa membeli smartphone tersebut menggunakan kartu kredit yang dimilikinya dan tinggal mencicil utangnya.

Namun ada risiko Ratri harus membayar bunga di sini. Kecuali dia menggunakan metode cicilan dengan periode tertentu, apakah 3 bulan atau 6 bulan.

Jadi bagaimana cara memilih jenis pembayaran yang lebih tepat? Apakah lebih baik menggunakan cara pembayaran tunai langsung atau secara kredit? Well, semua akan tergantung dari tujuan Ratri membeli smartphone tersebut dan juga kemampuan keuangannya. Mari kita coba bahas secara singkat.

Jika dilihat dari tujuannya, maka smartphone yang akan dibeli Ratri akan digunakan untuk menunjang bisnis sampingannya. Ratri memiliki barang dagangan yang rutin dia upload ke media sosial.

Selama ini dia menggunakan smartphone lamanya. Namun dia mulai merasakan bahwa fitur smartphone lamanya sudah tidak lagi mampu mendukung kebutuhannya untuk mengambil gambar dengan lebih tajam, juga untuk membuat video dengan hasil yang lebih baik.

Jika kita analisa, maka tujuan pembelian smartphone Ratri adalah untuk tujuan yang produktif, yaitu membantunya untuk mengambil gambar dan video barang dagangan dengan lebih baik dan cantik, sehingga harapannya akan menarik pembeli lebih banyak lagi.

Untuk barang yang masuk ke dalam kategori produktif, jika Ratri menggunakan metode kredit tidak masalah. Karena smartphone tersebut dapat membantu Ratri meningkatkan penghasilannya.

Harapannya adalah Ratri bisa membayar cicilan smartphone dari peningkatan pendapatan bisnis sampingannya. Namun untuk berjaga-jaga, sebaiknya Ratri tetap mencadangkan pembayaran utangnya dari penghasilan gaji bulanannya.

Namun, apabila tujuan pembelian smartphone Ratri hanyalah untuk mengejar tren semata, atau agar dia tidak dianggap ketinggalan jaman oleh rekan-rekannya. Maka baik menggunakan metode kredit atau tunai pun, ada baiknya pembelian smartphone tersebut dapat dipertimbangkan kembali masak-masak.

Coba renungkan apakah smartphone tersebut masuk ke dalam kategori kebutuhan atau keinginan? Apa yang akan terjadi apabila Ratri tidak membeli smartphone tersebut?

Apakah akan mengganggu kinerjanya? Apakah akan mengganggu kehidupannya? Jika tidak terlalu berpengaruh ke kehidupannya, maka besar kemungkinan smartphone tersebut hanyalah sebuah keinginan.

Apabila tujuan pembelian smartphone lebih cenderung kepada kebutuhan konsumtif, lebih disarankan untuk menggunakan metode pembayaran tunai. Apabila tidak memiliki uang sejumlah yang dibutuhkan, maka harus menabung terlebih dulu.

Karena Anda sebenarnya tidak butuh-butuh amat terhadap barang tersebut. Siapa tahu Anda juga berubah pikiran setelah beberapa bulan menabung, dan ini biasa terjadi. Karena sering kita mengatakan pada diri kita sendiri, bahwa saya butuh barang ini, saya butuh barang itu untuk mengganti barang saya yang lama, padahal itu hanyalah keinginan semata.

Begitu muncul barang model baru, Anda akhirnya sudah tidak tertarik lagi pada barang incaran awal Anda tersebut.

Lalu apakah salah bila Ratri membeli smartphone tadi untuk tujuan konsumtif? Kita simak jawabannya di artikel berikutnya.


Belajar membedakan konsumtif dan produktif bisa melalui workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Nah selamat mewujudkan impian anda, jangan hanya berhenti di tulisan, 'aku ingin'. Semoga bermanfaat dan berdayakan keuangan anda!


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)

Hide Ads