Memang kenapa sih kita sampai harus berutang? Apa tidak bisa kita melakukan pembayaran atas pembelian yang kita lakukan dengan tunai? Kapan kita boleh membayar sesuatu dengan berutang dan kapan kita sebaiknya membayar sesuatu dengan tunai?
Maka dalam artikel kali ini kita akan coba kupas sedikit kelebihan dan kekurangan cara pembayaran tunai dan kredit (dengan berutang), sehingga kita bisa lebih bijak dalam memilih cara pembayaran yang paling tepat dan tentunya sesuai dengan kemampuan dan tujuan keuangan kita masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun kekurangan dari cara pembayaran tunai adalah dana kas kita langsung terkuras habis. Untuk merealisasikan tujuan keuangan lainnya tentu kita harus kembali mengumpulkan uang, karena dana kas kita sudah habis, dan mungkin hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Artinya dalam jenis pembayaran tunai, kita harus melihat dulu tujuan pembayaran kita untuk apa, kemudian berapa jumlah pembayarannya, serta harus dilihat pula kemampuan keuangan kita.
Misalnya untuk pembelian smartphone. Untuk orang tertentu, smartphone hanyalah sebuah barang konsumtif, yang dicari adalah selalu update teknologi dan bisa eksis, misalnya. Sebaliknya untuk kredit, kelebihannya adalah kas kita tidak terkuras habis langsung di awal.
Karena kita hanya akan membayar uang muka saja atau mungkin cicilan pertama di awal utang. Selanjutnya kita tinggal melakukan pembayaran cicilan setiap bulannya.
Inilah yang menjadi kekurangan utang, kita akan memiliki kewajiban yang harus dipenuhi setiap bulannya untuk mencicil utang. Mengapa hal ini sangat penting? Karena ini terkait dengan kemampuan cashflow kita di masa depan, apakah akan tetap sanggup membayar utang atau justru akan memberatkan?
Dan kemudian salah satu kelebihan lain dari membayar dengan cara kredit adalah kita dapat mewujudkan beberapa tujuan keuangan secara sekaligus karena dana tunai kita bisa kita bagi ke dalam beberapa pos investasi.
Ambil contoh pada kasus seorang millenial yang masih lajang bernama Ratri. Ratri sedang mempertimbangkan pembelian sebuah smartphone. Smartphone model terbaru yang diincarnya berharga Rp 12 juta.
Ratri menginginkan smartphone terbaru ini karena fitur kameranya yang sangat canggih. Ratri memerlukannya agar dia bisa meng-update barang dagangannya di sosial medianya dengan lebih mudah dan menarik, karena fitur dan kemampuan kamera di smartphone lamanya tidak terlalu bagus.
Pendapatan bulanan Ratri saat ini sekitar Rp 7 juta per bulan, dan itu belum termasuk pendapatan dari bisnisnya sekitar Rp 4 juta per bulan.
Pertanyaannya apakah ini sebuah keputusan yang tepat untuk membeli smartphone baru tersebut? Kemudian, apakah membelinya harus dengan tunai atau boleh kredit?
Baca juga: Siasat Liburan Tanpa Boncos Keuangan (1) |
Simulasi seperti ini sering dilakukan sebagai contoh study kasus di workshop yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.
Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)
Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.
Kembali ke pertanyaan di atas tadi apakah ini sebuah keputusan yang tepat untuk membeli smartphone baru tersebut? Kemudian, apakah membelinya harus dengan tunai atau boleh kredit?
Tunggu jawabannya di artikel sambungan berikutnya.
Baca juga: Mau Coba Menabung Pakai Cara Kreatif? (1) |
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)