Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (23/1/2017) telah terjadi peningkatan populasi dan intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Peningkatan populasi dan serangan tersebut merata di seluruh kecamatan sentra produksi di Kabupaten Karawang, Subang dan Indramayu.
"OPT tersebut terutama WBC (Wereng Batang Cokelat), Penggerek Batang Padi, Ulat Grayak, Blas dan Kresek", jelas Dwi Iswari, Direktur Perlindungan Tanaman, Ditjen Tananan Pangan.
Dwi menambahkan, peningkatan serangan OPT tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang mendukung, seperti lembab dan hangat, serta ketersediaan makanan bagi OPT yang terus menerus.
![]() |
Sebagai antisipasi agar penyebaran tidak semakin luas, petugas Pengendalian OPT diinstruksikan untuk siaga dan mengintensifkan pengamatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stok pestisida tersedia dan masih mencukupi untuk 1 tahun ke depan", ungkap Dwi.
Selain faktor alam, serangan OPT tersebut juga dipicu oleh kurang tepatnya pengendalian OPT yang dilakukan petani secara swadaya. Para petani menggunakan pestisida tidak sesuai dengan aturan, seperti kesalahan penggunaan pestisida, pencampuran pestisida dengan berbagai zat lain, seperti detergen, oli, dan lainnya yang justru akan memicu terjadinya resistensi.
Sampai saat ini gerakan pengendalian yang dilakukan oleh Brigade Proteksi Tanaman bersama sama petani, telah berhasil menurunkan populasi OPT.
Namun demikian, upaya pengendalian dan pengawalan terus dilakukan terutama untuk mengantisipasi Generasi 1 (G1) nimfa WBC dan ngengat ulat grayak dan penggerek batang, sehingga perkembangan dan penyebaran OPT dapat dicegah lebih lanjut.
"Cara lain untuk pencegahan OPT adalah dengan memberi tempat berlindung bagi musuh alami untuk berkembang biak dengan cara penanaman tanaman refugia (tanaman bunga)", pungkas Dwi. (adv/adv)