Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?

Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?

Advertorial - detikFinance
Jumat, 29 Sep 2017 00:00 WIB
Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?
Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, perlambatan ekonomi global menjadi kekhawatiran para ekonom, pelaku bisnis, dan para pengambil kebijakan. Anjloknya pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang menjadi motor ekonomi dunia, seperti Amerika Serikat dan Jepang diikuti oleh negara-negara lainnya, termasuk Indonesia yang memiliki ketergantungan dagang dengan negara-negara besar tersebut.

Namun benarkah perlambatan tersebut demikian mengkhawatirkan dan ekonomi dunia berada pada kondisi yang rapuh? Riset DBS 'Enduring Themes in Global Economic Mythology' yang dipublikasikan pada 24 Agustus 2017 justru berpendapat sebaliknya. Menilik dari pertumbuhan produktivitas dan pendapatan per kapita, ekonomi dunia terus tumbuh positif sejak 1980.

"Memang pertumbuhan PDB terus melorot. Namun hal ini semata disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan populasi usia produktif," ujar Chief Economist DBS David Carbon seperti dikutip dari riset tersebut.

Carbon bahkan menyebutkan bahwa kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global hanyalah mitos. Hal ini tak lepas dari cara pandang yang menjadikan agregat PDB secara keseluruhan sebagai patokan untuk menilai kondisi ekonomi, namun melupakan aspek produktivitas per individu.

Menurut Carbon, menurunnya pertumbuhan ekonomi sejumlah kawasan yang menjadi kekuatan ekonomi dunia, khususnya G3 (Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang) lebih disebabkan oleh menyusutnya jumlah tenaga kerja. Namun produktivitas per kapita justru meningkat. Oleh sebab itu, Carbon tidak sepakat dengan anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia dalam ancaman.

Riset DBS menyebutkan pertumbuhan PDB per kapita usia kerja di Jepang meningkat 1,6 persen per tahun sejak 2011. Dibanding 1990 yang sebesar 1,2 persen, ada tren peningkatan. Di AS, PDB per kapita tumbuh 1,5 persen pertahun sejak 2010.

"Perlambatan pertumbuhan PDB nampaknya terkait dengan demografi dan sama sekali tidak memperlambat pertumbuhan produktivitas," ujarnya.

Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?

Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?

Carbon mencatat melambatnya pertumbuhan populasi usia produktif berdampak langsung terhadap pertumbuhan PDB secara keseluruhan. Di Jepang, pertumbuhan tahunan secara riil sebesar 1,5 persen, tetapi penyusutan populasi usia produktif mencapai 1 persen. Sehingga pertumbuhan PDB tercatat hanya 0,5 persen per tahun.

Demikian juga di AS. Pertumbuhan PDB riil tercatat sebesar 1,5 persen dan populasi usia produktif tumbuh sebesar 0,4 persen pertahun sehingga pertumbuhan PDB secara keseluruhan tercatat 1,9 persen.

"Karena pertumbuhan PDB adalah jumlah pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan output per orang (pertumbuhan produktivitas), penurunan satu persen dalam populasi usia kerja membawa penurunan satu persen dalam pertumbuhan PDB," katanya.

Carbon melanjutkan setelah jatuh selama dua tahun sejak krisis keuangan global pada September 2008, PDB per kapita populasi usia produktif terus merangkak naik. Jepang dan Jerman tercatat memiliki PDB per kapita tertinggi di dunia. Pertumbuhannya hingga dua kali lipat dari AS dan Perancis.

"Jika dilihat dalam rentang 8 ataupun 16 tahun, Jepang dan Jerman adalah pemimpin pertumbuhan global. AS sendiri hanya sepertiganya, begitupun dengan Prancis," katanya.

Perlambatan Ekonomi Global, Perlukah Dikhawatirkan?

Melihat kondisi tersebut, tidak berlebihan bila menyebut pertumbuhan ekonomi global baik-baik saja. World Economic Outlook IMF pada Juli 2017 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 3,5 persen. Untuk 2018, IMF bahkan menaikkan proyeksinya menjadi 3,6 persen.

"Dari berbagai sisi, pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir telah berjalan pada atau di atas potensi (pertumbuhan). Lalu di manakah krisis? Di mana letak bahayanya?" tanya Carbon. (adv/adv)

Berita Terkait