Sederet Upaya BRI Bangkitkan Gairah UMKM di Daerah Perbatasan

Sederet Upaya BRI Bangkitkan Gairah UMKM di Daerah Perbatasan

Advertorial - detikFinance
Selasa, 29 Des 2020 00:00 WIB
adv tabalbatas
Nasabah KUR BRI. Foto: detikcom/Rachman Haryanto
Kapuas Hulu - Dampak pandemi COVID-19 menjalar ke berbagai penjuru negeri, termasuk di wilayah ujung Indonesia. Di Nanga Badau, Kecamatan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat para pelaku usaha merasakan dampak kemerosotan ekonomi di masa pandemi.

Sejak Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau ditutup, aktivitas ekonomi masyarakat perbatasan mendadak lesu. Para pedagang Badau di yang biasa berjualan dan berbelanja di Malaysia tak bisa berkegiatan seperti biasa, hingga omzetnya menukik tajam. Pun begitu dengan pekerja sawit yang merasakan dampak ekonomi akibat ekspor CPO yang terhenti sementara.

Kondisi tersebut membuat pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) harus memutar otak agar bisa bertahan dari gulungan pandemi. Ada yang beralih bidang usaha, dan ada juga yang memilih bertahan menjalani usaha yang sudah ada dengan melakukan berbagai penyesuaian.

adv tabalbatasPemimpin Cabang BRI Cabang Putussibau. Foto: detikcom/Okta Marfianto

Pemimpin Cabang BRI Cabang Putussibau yang membawahi BRI Unit Badau, Dwi Putra Apriantono mengatakan di masa pandemi bermunculan sejumlah UMKM baru di daerah Putussibau dan Badau. Masyarakat yang terdampak pandemi hingga kehilangan pekerjaan maupun penghasilan berkurang mencoba peruntungan menjalankan usaha.

"Sebenarnya dari tahun ke tahun jumlah UMKM pelaku usaha di Putussibau dan Badau terus meningkat dari sebelumnya. Jadi mungkin karena UMKM sektor paling kuat di masa yang tidak menentu ini pelaku-pelaku UMKM baru bermunculan. Ditambah kebijakan pemerintah yang lebih mudah, jumlah pelaku UMKM mengalami peningkatan setiap tahun," kata Dwi saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

BRI sebagai bank yang dipercaya pemerintah menyalurkan modal usaha bagi para pelaku UMKM. Modal usaha tersebut diberikan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dimanfaatkan pelaku UMKM untuk menambah modal pengembangan usaha.

Dwi menekankan di masa pandemi ini peran BRI tidak sebatas menyalurkan KUR Mikro dan Super Mikro. Lebih dari itu, BRI bertanggung jawab memberikan pendampingan kepada para pelaku usaha, agar dapat memperkuat pondasi bisnis.

"Setelah kami berikan pinjaman peran BRI yaitu mendampingi UMKM yang dibiayai agar pinjaman yang diberikan bisa dimanfaatkan dengan baik, tidak digunakan untuk kebutuhan konsumtif atau disalahgunakan. Kami mendampingi agar UMKM bisa berkembang dan bisa naik kelas," ungkap Dwi.

Kepala BRI Unit Badau Raji'i menimpali kucuran KUR dari BRI membuat ekonomi masyarakat perbatasan bisa berangsur bangkit. Mereka memanfaatkan KUR tersebut untuk memulai usaha baru atau mengembangkan usaha agar bisa meraup pendapatan di masa pandemi.

adv tabalbatasKepala BRI Unit Badau. Foto: detikcom/Yudistira Imandiar

Menurut Raji'i, para pengusaha kerajinan, warung makan, sembako di Badau yang selama ini berbelanja di Malaysia usahanya merosot tajam di awal pandemi. Sebab, mereka terbiasa berbelanja di Malaysia karena jarak yang lebih dekat ketimbang harus pergi ke Pontianak atau Sintang. Namun, seiring berjalannya waktu mereka memanfaatkan KUR sebagai suntikan modal hingga akhirnya bisa kembali menjalankan usaha.

Sampai dengan November 2020, BRI Unit Badau telah menyalurkan KUR Mikro senilai Rp 15,447 miliar jepada 420 nasabah. Sementara itu, KUR Supermikro disalurkan kepada 147 nasabah dengan nominal Rp 1,4 miliar.

Selain itu, untuk meringankan beban nasabah yang terdampak pandemi COVID-19, BRI memberikan keringanan berupa restrukturisasi kredit. Data per November 2020, restrukturisasi kredit diberikan kepada 66 nasabah dengan nominal Rp 1,1 miliar.

"Adanya penyaluran (KUR) membuat perputaran uang di sini bisa bergerak lagi. Walaupun Malaysia masih tutup mereka pelan pelan udah bisa naik dengan memanfaatkan eknomi lokal. Ini juga jadi pelajaran mulai sekarang kita tidak boleh ketergantungan dengan negara lain kita harus punya kekuatan sendiri," ungkap Raji'i.

Salah seorang warga Badau, Ade Sanjaya mengaku terbantu dengan adanya KUR Mikro dari BRI. Ade yang biasanya bekerja sebagai pengrajin Sugu Tinggi, riasan kepala khas Suku Dayak Iban, harus banting setir akibat pandemi karena pesanan Sugu Tinggi tak seramai biasanya, karena pengiriman ke Malaysia terbatas. Ia pun memilih membuka warung nasi di depan Pasar Badau.

Memanfaatkan modal KUR Rp 15 juta, Ade dan istri memulai warung nasi dan bubur ayam. Usaha tersebut membukakan sumber penghasilan yang menjanjikan buat Ade dan keluarga. Per bulannya, ia bisa meraup omzet Rp 14-15 juta.

"Karena pesanan Sugu Tinggi kan lagi terhenti, akhirnya mengajukan modal usaha ke BRI. Ambil Rp 15 juta untuk buka warung makan ini. Alhamdulillah beberapa bulan langsung bisa ditutup, sekarang ambil lagi Rp 25 juta untuk tambahan modal usaha," cerita Ade saat ditemui detikcom.

adv tabalbatasNasabah KUR Supermikro BRI. Foto: detikcom/Yudistira Imandiar

Sementara itu, KUR Super Mikro dari BRI yang dikucurkan sejak awal masa pandemi juga sudah dirasakan manfaatnya oleh warga ujung Indonesia. Yusril Ihza Mahendra (22) yang memiliki usaha pangkas rambut mempergunakan dana dari program kredit tersebut untuk mengembangkan usahanya.

Pria yang akrab disapa Aril itu mengungkapkan di awal pandemi usaha pangkas rambutnya sempat sepi karena orang-orang enggan keluar rumah. Namun, setelah situasi normal pangkas rambutnya kembali ramai. Bahkan, ia pernah buka sampai menjelang Subuh.

"Begitu tahu ada KUR Supermikro ini langsung saja mengajukan. Karena butuh modal buat memperbaiki bangunan pangkas rambut, supaya lebih nyaman. Selain itu mau nambah usaha jual es dan makanan ringan, nanti istri yang jalankan," kisah Yusril.

(adv/adv)