Geliat Industri Jamu di Tengah Pandemi

Geliat Industri Jamu di Tengah Pandemi

Advertorial - detikFinance
Senin, 17 Mei 2021 00:00 WIB
Bantul - Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor penyumbang perekonomian di Bantul. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Bantul mencatat UMKM di Bantul menempati urutan pertama penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalahkan sektor pertanian. Adapun salah satu industri yang terkenal adalah jamu, yang saat ini semakin berkembang di tengah pandemi dan terus berinovasi.

Dusun Kiringan di Canden, Jetis, Bantul menjadi salah satu sentra jamu yang terkenal di Bantul. Hal ini mengingat hampir seluruh ibu-ibu di sana merupakan penjual jamu keliling. Melihat potensi ini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantul akhirnya meresmikan Kiringan sebagai desa wisata.

"Awal mulanya kita melihat masyarakat di sana mayoritas jualan jamu. Lalu karena jamu merupakan produk dengan kualitas yang baik, dinas pariwisata melihat bagaimana agar desa ini memiliki daya tarik sebagai salah satu destinasi," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo.

Potensi jamu di Bantul tak hanya mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat melainkan pihak lainnya. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank BRI turut mendorong perkembangan industri jamu di Dusun Kiringan melalui pemberian bantuan CSR hingga permodalan untuk UMKM jamu.

"Ada banyak UMKM di Bantul mulai dari perdagangan, pertanian, jasa, industri yang butuh sentuhan dari BRI. Salah satunya UMKM yang dikelola BRI Unit Jetis, yakni UMKM jamu Kiringan. Dari hubungan yang baik ini dan prospek dari pengelolaan jamu Kiringan, BRI telah memberikan bantuan CSR berupa tugu pintu masuk kampung jamu Kiringan. Di samping itu juga berupa mesin pembuatan jamu dan alat lainnya," jelas Manager Bisnis Mikro BRI Cabang Bantul, Joko Wahyudiarto.

adv_briManager Bisnis Mikro BRI Bantul, Joko Wahyudiarto (Dok. Agam Bachtiar/ 20detik)

Ke depan, Joko menyampaikan pihaknya juga akan memberikan bantuan lainnya berupa alat pembuatan jamu. Dengan begitu pengembangan industri jamu di Kiringan bisa lebih maju, serta jamu khas Bantul bisa lebih populer di masyarakat.

"Dalam waktu dekat BRI akan memberikan bantuan CSR juga berupa peralatan pembuatan jamu berupa parut dan lain-lain sehingga pengembangan bisnis dari jamu kiringan bisa terangkat. Bahkan, wacana ke depan kita harapkan ada semacam sekolah untuk belajar pembuatan jamu sehingga jamu akan lebih dikenal dan merakyat. Hal ini tentunya akan menambah aset permodalan anggota dan pengelola UMKM jamu Kiringan," katanya.

Senada dengan Joko, Kepala Unit BRI Unit Jetis, Iwan Siswoyo mengatakan pihaknya juga telah memberikan bantuan modal kepada para UMKM di Kiringan. Adapun hingga saat ini jumlah total penyaluran pinjaman di Kiringan yang masih aktif sekitar Rp 1,9 miliar.

Bahkan di tengah pandemi, Iwan mengatakan jumlah penyaluran modal di BRI mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah nasabah baik pinjaman maupun tabungan di BRI Unit Jetis. Selain itu, jumlah penyaluran KUR Mikro juga meningkat dari sebelumnya Rp 19,5 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 31,4 miliar di tahun 2020.

Dalam mendorong industri jamu di Kiringan, BRI juga turut menggerakkan para tenaga pemasaran atau yang dikenal dengan Mantri. Seperti hal yang dilakukan salah satu Mantri BRI Unit Jetis, Agung Esthi dalam membantu mewujudkan impian warga di Kiringan untuk membuat gapura.

Agung mengatakan pada tahun 2020 dirinya membantu warga Kiringan dengan mengajukan proposal mulai dari ke kantor cabang BRI hingga ke kantor pusat. Dari proposal tersebut, BRI pusat kemudian menyalurkan bantuan sebesar Rp 74,2 juta, yang digunakan untuk membuat gapura serta pembelian genset dan mesin giling.

adv_briBantuan CSR Gapura untuk Warga di Dusun Kiringan (Dok. Rifkianto Nugroho/detikFoto)

"Di Dusun Kiringan ini termasuk desa wisata, tapi nggak punya ikon desa. Kalau ada gapura itu orang jadi tau ini sudah masuk Kiringan. Mereka juga sebenarnya sudah cukup lama mengimpikan sejak lama ingin punya gapura, tapi tidak pernah terwujud. Akhirnya dari BRI berikan bantuan CSR berupa gapura, genset, dan penggiling jamu basah," paparnya.

Tak hanya itu, untuk membantu para UMKM jamu bertahan di tengah pandemi, BRI menghadirkan pelatihan BRIncubator pada 17 September 2020 di Kiringan. Adapun tujuan dari pelatihan ini juga untuk mengenalkan digitalisasi kepada para penjual jamu.

"Kami memberikan pelatihan untuk penjualan online namanya BRIncubator. Selain memberikan semangat untuk tetap berinovasi saat pandemi, kami juga memberikan solusi untuk berjualan online. Contohnya kalau penjual di sini kebanyakan orang tua mereka akan dibantu anaknya, diberikan panduan untuk berjualan online," kata Agung.

adv_briBantuan CSR Mesin Giling dari BRI (Dok. Rifkianto Nugroho/detikFoto)

Adanya bantuan-bantuan dari BRI ini pun turut dirasakan oleh para penjual jamu di Kiringan, salah satunya Ketua Koperasi Wanita Seruni Putih, Murjiwati. Sebelum ada mesin giling, Murjiwati mengatakan dirinya harus mengeluarkan uang dan waktu cukup banyak bahkan hingga dua jam. Namun saat ini, wanita yang akrab disapa Mur ini hanya perlu setengah jam saja untuk menggiling 2 kg bahan jamu.

"Bermanfaat sekali, dulu kan ditumbuk. Tapi kalau ditumbuk itu lama. Kalau sudah ada penggiling lebih cepat atau lebih mudah untuk pembuatannya. Prosesnya lebih cepat daripada ditumbuk sama dipipis. Kalau digiling 2 kg cuma setengah jam. Tapi kalau ditumbuk nggak bisa, 1 kg aja mungkin 2 jam baru selesai. Kan sulit toh, lembutnya itu sulit," paparnya.

"Dulu sebelum ada BRI (tapi mau giling), gilingnya di tempat lain, bayar Rp 20 ribu setiap hari. Sekarang sudah punya, nanti kalau semua sudah giling bisa menambah kas koperasi dari penggilingan," katanya.

adv_briMurjiwati, Ketua Koperasi Seruni Putih sekaligus penjual jamu di Kiringan (Dok. Rifikianto Nugroho/detikFoto)

Di samping itu, Mur juga menjelaskan BRI turut membantunya dan anggota Koperasi Seruni Putih melalui peminjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam pembuatan rumah produksi jamu. Ia berharap ke depan BRI dapat memberikan bantuan lagi baik melalui KUR atau bantuan lainnya.

"Saat ini rumah produksi udah jadi tapi belum sempurna, nanti mungkin (ada) tambahan modal misalnya ambil dari BRI lagi bisa untuk memperbaiki rumah produksi. Saya berharap rumah produksi itu bisa terwujud dan sempurna," pungkasnya. (adv/adv)