Pasar Global Labil, BUMN Bisa Jadi Stabilisator

Pasar Global Labil, BUMN Bisa Jadi Stabilisator

- detikFinance
Rabu, 17 Sep 2008 15:48 WIB
Jakarta - Buruknya pasar global masih akan terjadi hingga tahun depan. Pemerintah seharusnya bisa memposisikan BUMN sebagai salah satu komponen stabilisator perekonomian.

Perusahaan-perusahaan BUMN yang sudah go public bisa menjadi alat untuk menahan kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di saat pasar sedang kacau.

"Stabilitasi harga saham di bursa efek yang mengalami penurunan tajam, tentunya volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan bisa diredam dengan cara melakukan stabilitasi atas harga-harga saham BUMN yang kapitalisasi mencapai kurang lebih 30 persen dati total kapitalisasi pasar. Saham-saham blue chip seperti Telkom telah terbukti mampu menahan kejatuhan IHSG secara lebih dalam. Karena itu kebijakan pembagian dividen harus selaras dengan tujuan stabilitasi bursa saham," tutur pengamat ekonomi Iman Sugema, di acara diskusi mengenai dividen BUMN di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/9/2008).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iman juga memperkirakan tahun 2009 ditandai dengan melemahnya investasi swasta di sektor riil. Hal tersebut bisa dikompensasi dengan cara meningkatkan investasi BUMN. Dengan demikian capital expenditure (capex) BUMN harus ditingkatkan.

"Hal ini menjadi terlebih penting lagi bagi BUMN yang bergerak di bidang infrastruktur energi, transportasi dan telekomunikasi," imbuhnya.  

Menurut Iman, situasi perekonomian global maupun nasional pada tahun 2009 akan mengalami berbagi tekanan yang mau tidak mau akan sangat berpengaruh terhadap kinerja BUMN. Jatuhnya berbagai harga komoditi dan memburuknya pasar finansial, bisa membuat kinerja keuangan perusahaan-perusahaan finansial, pertambangan dan agribisnis akan memburuk.
 
"Tak terkecuali para BUMN di sektor tersebut. Karena itu BUMN yang diperkirakan akan mengalami shock negatif harus memiliki buffer yang lebih tinggi dibandingkan BUMN lainnya. Artinya BUMN yang membutuhkan buffer seperti itu harus dapat menahan bagian laba yang lebih besar," katanya.

Pemerintah juga diingatkan agar konsisten terhadap kepentingan ekonomi jangka panjang dengan kepentingan untuk menutup APBN dalam jangka pendek. Setiap BUMN memiliki peran yang jauh berbeda dibandingkan BUMN jenis lainnya sehingga kebijakan pay out ratio juga harus memperhatikan jenis usaha dan peran BUMN dalam pembangunan nasional.
 
Ia menambahkan, sebagai contoh pay out ratio antara BUMN di bidang telekomunikasi harus berbeda dibandingkan dengan BUMN yang bergerak di bidang perbankan.
 
"Diperkirakan Telkom akan mampu tumbuh di tahun 2009 sedangkan kinerja BUMN sektor perbankan sedikit melemah. Di lain pihak, menurunnya harga energi akan mempengaruhi kinerja keuangan PLN dan Pertamina secara berbeda. Kinerja PLN akan semakin baik bila harga BBM semakin turun, di lain pihak kinerja Pertamina justru sebaliknya," urainya.

Badan Usaha Milik Negara sejatinya harus bertanggung jawab terhadap hajat hidup orang banyak sesuai dengan fungsinya. Maka dari itu selain harus bisa memberikan setoran berupa dividen kepada negara juga harus bisa memenuhi bertanggung jawab atas kebutuhan rakyat. Agar bisa menjalankan fungsi tersebut, perlu adanya keseimbangan antara pengambilan dividen dengan kelangsungan BUMN itu sendiri. (ang/ir)

Hide Ads