Kemungkinan terburuk yang harus diantisipasi adalah terjadinya penghentian sementara (moratorium) impor dari negara yang terkena krisis AS terhadap produk kayu Indonesia.
Jika impor produk kayu Indonesia tersebut dihentikan terutama di pasar Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, potensi kerugian Indonesia bisa mencapai angka US$ 6,2 miliar selama dua tahun ke depan (2009-2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Estimasi tersebut berdasarkan analisis proyeksi Greenomics terhadap data riil ekspor produk kayu Indonesia selama periode 2003-2008 yang tercatat pada Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK).
Krisis keuangan Amerika Serikat akan berdampak langsung terhadap kinerja ekspor produk kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Jika impor produk kayu Indonesia oleh pasar Amerika Serikat terhenti selama dua tahun ke depan, maka kerugian potensial bisa mencapai angka US$ 1,82 miliar selama 2009-2010.
Tidak hanya pasar Amerika Serikat, Greenomics juga memperkirakan, pasar ekspor produk kayu Indonesia di Eropa juga akan mengalami dampak ikutan secara langsung akibat krisis keuangan yang sudah mengancam ekonomi global tersebut, terutama Belanda, Inggris, Jerman, dan Perancis. Greenomics mengestimasi, jika diasumsikan pasar utama Eropa tersebut memberlakukan moratorium impor produk kayu Indonesia dalam dua tahun ke depan, maka potensi kerugian bisa mencapai angka US$ 2,24 miliar selama 2009-2010.
"Selain pasar Amerika Serikat dan pasar Eropa, pasar Jepang harus mendapat antisipasi khusus akibat krisis keuangan global dalam melindungi kinerja ekspor produk kayu Indonesia ke negeri sakura tersebut," ujarnya.
Jika pasar Jepang juga menghentikan impor sementara produk kayu Indonesia tersebut, maka dapat menimbulkan potensi kerugian bagi Indonesia sebesar US$2,1 miliar selama 2009-2010.
Dia juga mengingatkan jika impor produk kayu Indonesia dihentikan, maka tidak kurang dari 16 juta jiwa penduduk Indonesia yang bekerja dan tergantung secara langsung dengan keberlangsungan industri kehutanan akan siap-siap menjadi penganggur baru.
"Pemerintah diminta segera melakukan terobosan-terobosan konkrit agar tidak menambah jumlah pengangguran baru, dengan menyiapkan kebijakan penyelamatan ekonomi kehutanan," ujar Elfian.
Pemerintah diminta mengalihkan pasar tujuan ekspor ke pasar domestik dengan memberikan insentif-insentif khusus, seperti menaikkan bea masuk impor terhadap produk kayu para kompetitor yang ingin merebut pangsa pasar Indonesia dan memberikan insentif fiskal. (ddn/ir)