Konsorsium bernama Bangka Belitung Timah Sejahtera ini terdiri dari tujuh perusahaan timah skala kecil. Menurut ketua konsorsium Patris Lamumba, penghentian produksi diperkirakan terus dilakukan sampai akhir tahun ini atau setidaknya sampai harga timah kembali ke level US$ 18.000 per ton.
"Banyak penambang-penambang sudah menganggur sejak awal Oktober karena turunnya harga timah dan naiknya biaya produksi. Karena ada penurunan pasokan bijih timah dari penambang berarti smelter tidak bisa terus mengolah timah," katanya seperti dikutip AFP, Selasa (21/10/2008).
Harga timah mencapai rekor tertingginya pada Mei 2008 yaitu US$ 25.000 per ton. Sebagian besar produksi timah dunia berasal dari China dan Indonesia.
Namun sejak krisis kucuran kredit yang menyebabkan harga komoditas turun, harga timah pun ikut anjlok. Pada perdagangan Senin, harga timah turun ke US$ 12.900 per ton yang merupakan posisi terendahnya sejak Februari 2007.
Dirjen Minerbapabum ESDM Bambang Setiawan menjelaskan, harga timah saat ini masih cukup baik karena meskipun harga timah sudah menurun, biaya produksinya masih dibawah harga pasar.
"Menurut saya harga timah masih cukup baik yaitu masih disekitar $14.000/ton. Harga ini masih cukup jauh dari ongkos produksi yang masih di sekitar $6.000/ton," katanya ketika dihubungi detikFinance, Selasa (21/10/2008).
Kapasitas smelter yang dikelola konsorsium ini bisa mengolah hingga 5.000 ton timah per hari. Namun dari kapasitas sebesar itu, produksi riil smelter hanya sekitar 3.000 ton per hari. (lih/qom)