"Dengan ini kami Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral atas nama Pemerintah Republik Indonesia mengucapkan terima kasih atas pengabdian Saudara selama menjabat sebagai Gubernur OPEC untuk Indonesia”, ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro seperti dikutip situs Departemen ESDM, Rabu (31/12/2008).
OPEC secara resmi mengumumkan Indonesia keluar dari keanggotaan penuh organisasi tersebut dalam sidangnya di Wina, Austria, Selasa (9/9/2008). Hal ini disebabkan posisi Indonesia yang bukan lagi sebagai eksportir minyak namum sudah menjadi importir minyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia bergabung OPEC sejak 1962 ketika statusnya masih menjadi pengekspor minyak dengan kapasitas produksi sekitar 1,6 juta barrel per hari. Namun, terus menurun hingga di bawah satu juta barrel per hari. Indonesia mulai mengimpor minyak sejak 2004.
Pada saat menjadi anggota OPEC Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan kebijakan OPEC khususnya dalam rangka menstabilisasi jumlah produksi dan harga minyak di pasar internasional. Sejak berdirinya Sekretariat OPEC di Wina tahun 1965, KBRI/PTRI Wina terlibat aktif dalam kegiatan pemantauan harga minyak dan penanganan masalah substansi serta diplomasi di berbagai persidangan yang diselenggarakan oleh OPEC.
Pentingnya peran yang dimainkan oleh Indonesia di OPEC telah membawa Indonesia pernah ditunjuk sebagai Sekjen OPEC dan Presiden Konferensi OPEC. Pada tahun 2004, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) Indonesia terpilih menjadi Presiden dan Sekjen sementara OPEC.Indonesia juga sudah menyampaikan salah perpisahannya di sidang OPEC tanggal 17 Desember 2008. Pada kesempatan itu, Dubes RI di Aljazair yang mewakili Menteri ESDM diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato perpisahan.
Dalam pidato tersebut disampaikan penghargaan dan terima kasih Indonesia kepada negara-negara anggota lainnya dan Sekretariat OPEC yang selama ini telah bekerjasama dengan Indonesia.
(lih/qom)